top of page

YESUS SUMBER DAMAI


KAMIS

Pekan Biasa XXIX

Bacaan I : Efesus 3:14-21

Bacaan Injil : Lukas 12:49-53


Pencinta Sang Sabda yang terkasih, Yesus dalam bacaan Injil yang baru saja kita dengar berbicara tentang pertentangan: “Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai ke atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan.” Bisa jadi, apa yang dikatakan Yesus ini terkesan provokatif dan sangat tendensius. Lalu, bagaimana perkataan ini dimengerti? Pertanyaan yang rawan adalah: bukankah Yesus adalah pembawa damai? Pencinta Sang Sabda yang terkasih, dunia kita sekarang diwarnai aneka pertentangan. Sebut saja: Negara Indonesia yang nota bene berciri kebihnekaan justru dihantui aneka pertentangan berbau SARA. Pertentangan juga melanda keluarga-keluarga Kristen. Istilah Pelakor, PIL, WIL, dll justru menjadi booming akhir-akhir ini. Imbasnya adalah banyak rumah tangga berantakan, suami istri pisah ranjang, anak-anak ditelantarkan. Apakah situasi-situasi pelik ini sebagai buah dari sabda provokatif Yesus? Tentu berlebihan kalau menuduh Yesus demikian. Toh, kehadiran Yesus justru tetap pada misi membawa damai bagi manusia. Setiap sabda-Nya adalah sabda yang berdaya menyembuhkan jiwa yang merana, menenangkan hati yang patah, memberi daya yang menghidupkan. Itulah keyakinan kita sebagai pengikut-Nya. Bila kita memilih jalan lain, tentu kita bertentangan dengan Yesus. Pertentangan itu rawan terjadi, ketika kita memilih hidup dalam dosa. Kedatangan Yesus otomatis menimbulkan pertentangan kalau kita menolak-Nya, tidak mengakui-Nya sebagai Mesias, tidak menerima ajaran-Nya. Kristus akan menjadi a sign of contradiction seperti ramalan Simeon (bdk. Luk. 2:34) bila manusia (kita) enggan menerima-Nya. Pertentangan itu akan menghantui manusia, ketika manusia cuek dan tegar tengkuk pada ajaran Yesus. Pencinta Sang Sabda yang terkasih, melalui Sabda “provokatif’-Nya ini, Yesus justru menggugat iman kita agar kita benar-benar menjadi pengikut-Nya yang setia. Iman kita mesti dibakar oleh Api Kudus-Nya agar iman itu benar-benar teruji. Ibarat emas yang diuji kemurniannya dengan dibakar pada api. Begitu juga iman. Kita membiarkan diri kita dibakar oleh Api Kudus Tuhan agar kita benar-benar murni dalam Tuhan. Di dalam hidup keseharian kita, kita mesti hidup dalam Api Roh Kudus karena Api inilah yang berdaya menyembuhkan, melengkapi, dan menguduskan kita agar kita mampu mengasihi Tuhan secara mantap. Dengan Api yang sama, akhirnya kita tidak menjadi salah kaprah dan gagal paham dalam mewujudkan sikap kasih bersama orang lain. Api Roh Kudus yang membakar kita, sebetulnya membuat kita bersikap toleran, saling mendukung, saling mencintai sebagai sama saudara dalam suasana penuh damai dan harmonis.


DOA

Ya Tritunggal Mahakudus, semoga hati kami selalu terbuka untuk menerima Dikau dan sesama kami. Amin




19 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page