top of page

Komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero Mengadakan Rekoleksi Bersama

Para frater, Bruder dan para pastor di komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero mengadakan rekoleksi masa puasa pada Sabtu (29/2). Tema rekoleksi kali ini adalah kaul kemiskinan. Ada nuansa baru dalam kegiatan rekoleksi pada hari ini.

Pada tahun-tahun sebelumnya, kegiatan rekoleksi berlangsung di kapela agung Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero dan materi rekoleksi dibawakan oleh salah seorang atau beberapa pastor dan dihadiri oleh segenap warga komunitas Ledalero. Kali ini, model kegiatannya dibuat dengan beberapa dinamika baru. Para frater dan para pastor berkumpul di unit masing-masing, membentuk kelompok-kelompok dengan jumlah 8 atau 10 orang untuk satu kelompok.

Di dalam kelompok-kelompok kecil itu, para frater dan para pastor mensyeringkan pengalaman penghayatan kaul kemiskinan mulai dari tingkat unit fratres dan pastores, komunitas Seminari Tinggi Ledalero, hingga tingkat provinsi SVD Ende.Para frater dan para pastor juga diminta untuk menganjurkan sejumlah hal yang berhubungan dengan penghayatan kaul kemiskinan dalam terang kitab suci dan konstitusi SVD.

Hasil shering pengalaman dan anjuran tentang kaul kemiskinan dirampung dan dipresentasikan. Shering dan presentasi ini dilaksanakan dalam empat tahap yakni shering dalam kelompok kecil di unit masing-masing, presentasi tingkat unit, presentasi tingkat Fratres yang diikuti oleh utusan para frater dari setiap unit (masing-masing unit satu orang) serta Pleno tingkat komunitas ledalero yang dihadiri oleh para pater, Bruder dan para Frater yang diutus oleh masing-masing unit.

Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, P. Frans Cheunfin, SVD menekankan satu hal penting dari seluruh rangkaian kegiatan rekoleksi pada hari ini, yakni melihat kembali kesuksesan dan kegagalan para konfrater SVD dalam hal menghayati kaul kemiskinan. “Rekoleksi pada hari ini bertujuan untuk mengevaluasi hidup dan penghayatan terhadap kaul kemiskinan oleh para konfrater SVD, baik di tingkat unit-unit formasi, komunitas, maupun di tingkat provinsi. Kegiatan evaluasi itu mencakup dua aspek, yakni hal positif dan hal negatif terhadap penghayatan kaul kemisinan oleh para konfrater. Penghayatan kaul kemiskinan yang dinilai positif perlu ditingkatkan. Sementara hal negatif dari penghayatan terhadap kaul kemiskinan mesti dinilai sebagai sebuah kegagalan dan karena itu perlu ada pembenahan”, demikian kata pastor asal Naekake – Timor ini.

Pada kesempatan yang berbeda, ekonom Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, P. Anton Jemaru, SVD menyampaikan bahwa rekoleksi yang dilakukan pada hari ini bermaksud untuk mengubah mental para konfrater dalam menghayati kaul kemiskinan. “Sudah sekian lama para konfrater SVD Indonesia hidup bergantung pada donatur luar negeri. Hal itu disebabkan karena konfrater pribumi kurang mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki entah yang ada di unit-unit, komunitas, maupun di provinsi. Nah, ketika donasi dari luar makin berkurang dan kadang donasi mereka tidak sesuai yang diharapkan, maka kita dituntut untuk lebih mandiri meskipun perlu diakui bahwa hal itu bersinggungan dengan mentalitas kita yang lebih suka menerima tetapi sedikit sekali menghasilkan sesuatu. Dan, kegiatan rekoleksi hari ini dinilai cukup bagus. Saya berharap melalui rekoleksi ini, kita diharapkan untuk mengoptimalkan kembali aset-aset yang ada untuk kemudian digunakan dalam pelayanan formasi dan misi. Mental yang hanya tahu menerima mesti diubah menjadi sikap dengan semangat memberi kepada komunitas dan serikat”, imbuhnya. Rekoleksi berlangsung dengan sangat baik. Betapa tidak, para konfrater diberi kesempatan untuk saling mengoreksi dan memberikan apresiasi kepada konfrater yang telah bekerja dengan sangat baik untuk SVD. Salah seorang frater yang juga adalah staf umum Seminari Tinggi Ledalero, Fr. Krispin Panda Lewa, SVD memberikan kesan sangat baik dengan kegiatan rekoleksi yang dibuat oleh para frater dan para pastor di Seminari Tinggi Ledalero pada hari ini. Sosok yang biasa disapa Frater Palle ini mengakui bahwa kagiatan ini dinilai sangat bagus karena para konfrater dapat melihat hal-hal positif dan hal-hal negatif dari cara mereka menghayati kaul kebiaraan, khususnya kaul kemiskinan. Selanjutnya, dia mengharapkan agar kegiatan rekoleksi semacam ini dilakukan secara berkala.

38 views0 comments
bottom of page