top of page

SANTO ARNOLDUS JANSSEN


St. Arnoldus Janssen, SVD

Pater, Dux–Fundator Noster in Pace (Orang yang paling manis dalam Kristus, Arnoldus Janssen

Bapak – Pemimpin – Pendiri kita dalam Damai) Santo Arnoldus Janssen - Pendiri SVD, SSpS, SSpSAP

"Entah dari rumah ini akan dihasilkan sesuatu hanya Allah yang tahu. Hendaknya Tuhan berbuat dengan kami, apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya akan dihasilkan sesuatu dari rumah ini maka kami mau mengucap syukur untuk rahmat Allah dan seandainya tidak dihasilkan sesuatu dari rumah ini maka dengan rendah hati kami mengetuk dada dan mengakui bahwa kami tidak layak bagi rahmat Allah." (Ucapan St. Arnoldus Janssen pada saat pembukaan rumah misi pertama SVD di Steyl Belanda 8 September 1875)

TAKWA KEPADA ALLAH YANG MAHA MULIA Pada perayaan pengutusan untuk 80 misionaris dalam bulan Agustus 1927 di Steyl, Nuntius Pacelli, yang kemudian terpilih menjadi Paus Pius XII, dengan tepat mengemukakan tentang "seluruh kekayaan serta keluhuran adikodrati hidup keluarga" di tanah Jerman selama abad kesembilan belas, pada saat Arnoldus Janssen mengalami masa kanak-kanak dan masa remajanya di Goch, di dataran rendah sungai Rhein. Di kala itu tidak jarang terdapat keluarga Katolik yang mempunyai sepuluh atau lebih anak-anak. Para orang tua mendidik anak-anak mereka dengan perkataan dan teladan dalam kehidupan orang beriman Kristen. Dengan sendirinya terdapat disiplin dan tata aturan yang ketat. Lebih daripada di masa sekarang orang dipaksa oleh keadaan ekonomi zaman itu untuk berhemat. Hidup Keagamaan Dalam Rumah Orang Tua Kehidupan Kristen yang menjadi teladan seperti disebut di atas tedapat dalam keluarga Gerhard Janssen yang berdiam di jalan Frauenstraße. Bagi bapak Gerhard tidaklah ringan menyelenggarakan kehidupan keluarganya dengan delapan anak yang sudah dewasa. Dia mengelola sebuah pertanian kecil di atas bidang tanah yang sebagian besar disewanya, dengan menggunakan dua ekor kuda. Selain itu dia mempunyai satu usaha pengangkutan kecil. Biasanya dia pergi satu atau dua kali seminggu ke Nijmegen untuk mengangkut barang-barang keperluan sehari-hari dan menghantarnya ke Geldern atau Straelen. Dia adalah seorang yang jujur dan saleh. Menurut pengakuan putranya Wilhelm, bruder Kapusin Juniperus: "Ayah sangat menekankan hal berdoa. Arnoldus Jassen di antara empat saudaranya di kebun St. Wendel pada tahun 1904 - Dari kiri ke kanan Theodor, Peter, Wilhelm Bruder Junipero, OFM Cap, Gerhard Pada memulai setiap pekerjaan bersama, dia selalu berkata: "Semuanya dengan Allah!" Dan ini dilakukannya juga pada pekerjaan di ladang. Kalau pada sore hari kami kembali dari pekerjaan ke rumah, dia mengatakan lagi: 'Sekarang kita diam dan berdoa dan mengucap terima kasih kepada Allah untuk berkat-Nya pada hari ini dan menyesali dosa-dosa kita.' Pada waktu makan siang pada hari Minggu dan hari pesta kami berbicara mengenai khotbah hari itu. Lalu ayah bertanya kepada kami, dan kami mesti menceriterakan apa yang kami masih ingat. Sesudah makan siang ayah membacakan dari buku "Goffines Handpostille', buku Injil dengan keterangan - keterangan. Juga dia suka membacakan dari surat Santo Petrus dan dari hikayat Orang-orang Kudus. Sementara itu ibu memintal benang dan ikut mendengarkan juga". Anak-anak suka menyebut ibu mereka, Anna Katharina Wellesen, "Ibu Pendoa". Dari bapak Gerhard, yang tutup usia pada 1870, kita tidak punya sebuah foto, sedangkan dari ibu Anna Katharina, yang sering datang ke Steyl dan baru meninggal pada 1891, kita memiliki sebuah foto yang bagus. Dengan sifatnya yang sederhana, rajin dan terutama beriman dan saleh, dia sebagai seorang ibu rumah tangga teladan yang penuh perhatian, dengan tepat melengkapi gambaran bapak Janssen. Tentang ibunya itu Arnoldus menulis sebagai berikut: "Ibuku, adalah seorang wanita yang baik dia harus menyelesaikan banyak urusan dan pekerjaan, karena kepadanya Allah mengaruniakan begitu banyak anak. Bersama dengan satu-satunya pembantu wanita dia harus mengurus seluruh rumah disamping empat ekor sapi dan sejumlah babi. Dia sangat mencintai doa. Hal itu diperlihatkannya terutama dalam masa keadaannya sebagai seorang janda, ketika oleh perkawinan saudaraku seorang wanita muda masuk dalam rumah kami. Dan sekarang baginya ada kemungkinan untuk menyisihkan lebih banyak waktu untuk doa. Pada hari Minggu dia hampir sepanjang waktu di gereja, dari pagi buta sampai sekitar jam 11.30 dengan selingan waktu sedikit kembali ke rumah untuk sarapan pagi. Demikian juga dibuatnya pada sore hari itu dari jam 14.00 atau 14.30 sampai sekitar jam 16.30 atau 17.00". Bruder Juniperus berceritera juga: kalau kadang-kadang bapak Gerhard atau salah seorang anak berpendapat, bahwa hari ini ibu terlalu banyak kerja dan tentu tidak punya waktu untuk pergi ke gereja, ibu Janssen itu menjawab: "itu hanya omongan kamu! Kalau saya tidak menghadiri Misa, maka saya tidak selesai dengan pekerjaan!" Juniperus berceritera lagi: "Ibu kami sangat menghargai berkat dengan Sakramen Mahakudus. Juga kalau orang harus berjalan satu jam ke gereja - demikian katanya - orang mesti pergi untuk mendapatkan berkat itu. Dia lancar menggunakan banyak pepatah, untuk memberikan kami nasihat-nasihat yang baik dan memberi semangat kepada kami. Sering dia mengatakan misalnya: 'Dengan mulut bersih dan tangan bersih, orang bisa pergi ke seluruh negeri. Barang siapa mengabaikan hal kecil, tidak kuasa dalam hal besar. Pantang dosa lebih baik daripada pantang roti. Dengan siapa orang bergaul, dengan dia orang dihormati'. Setiap minggu ibu pergi menerima Sakramen tobat dan juga menerima komuni, padahal waktu itu hanya sedikit orang berbuat begitu". P. Hermann Fischer menulis dalam biografi Arnoldus Janssen mengenai pengaruh orang tua terhadap putra mereka Arnoldus Janssen sebagai berikut: "Sangat tepat sifat bapak diwariskan kepada putranya Arnoldus. Pandangan hidupnya yang sungguh-sungguh, disiplin yang ketat, dan bersikeras dalam prinsip, semangat kerja yang tak kenal lelah serta semangat religius yang kuat semuanya dapat kita temukan kembali pada Arnoldus". Sebaliknya ibu Janssen mempunyai pengaruh yang sangat mendalam pada pembentukkan hati dan pada seluruh kecenderungan budinya. Wanita pendiam ini, sederhana dan yang begitu mawas diri telah mewariskan seluruh sifat dan budinya kepada putranya, sehingga dalam kesederhanaan pribadinya serta dalam keheningan dunia batinnya Arnoldus adalah satu gambaran ibunya sendiri". Arnoldus Janssen Mempelajari Penghormatan Yang Sama Terhadap Allah Pendirian yang tegas bapak Janssen yang didasarkan pada sikap dasar mengenai takwa kepada Allah, meninggalkan kesan yang mendalam bukan hanya pada Juniperus, melainkan juga pada Arnoldus. Penghormatan kepada Allah Tritunggal Mahamulia dan khususnya terhadap karya Allah Roh Kudus yang mengagumkan itu dibawanya serta ke dalam kehidupannya. Sebagai satu bukti bahwa semasa mudanya Arnoldus Janssen sudah berdoa dan belajar berdoa dalam semangat ini, ialah sebuah doa malam yang disusunnya untuk keluarga-keluarga sanak-saudaranya dan yang telah diambil alih dan didoakan oleh banyak anggota keluarganya. Mengenai salah satu contoh dari doa-doa malam itu Superior Jenderal menulis pada 1906 sebagai berikut: "Doa malam ini saya sendiri perkenalkan sebagai doa bersama di dalam rumah orang tua saya dan dalam banyak tahun telah didoakan. Dari ketujuh saudara saya ada lima atau enam yang sudah menghafalnya, dan tiga dari antara mereka tetap memakainya juga sesudah mereka kawin." Entah doa ini benar-benar sudah disusun oleh Arnoldus Janssen sebagai siswa gymnasium pada usia 14 tahun di Gaesdonck, jadi sekitar 1851/52, atau baru pada waktu sebagai imam muda ("paling dini oleh imam muda A. Janssen, jadi sekitar 1861", menurut pendapat P. Albert Rohner - hal itu tetap merupakan suatu dokumen yang sangat mengesankan mengenai sikap batin serta semangat doa Arnoldus Janssen pada usia mudanya. Tambahan pula kesulitan ini mungkin dapat dipecahkan dengan menerima satu waktu lebih dini, bahwa pada bentuk pertama doa malam dari tahun-tahun 1851/52 Arnoldus Janssen sebagai imam muda kemudian sudah mengadakan perubahan-perubahan dan menambahkan doa-doa tikam tertentu yang dilengkapi dengan indulgensi. Doa itu belum diumumkan seluruhnya. P. Hermann Fischer mencantumkan beberapa kutipan dari doa itu dalam bukunya "Tempel Gottes seid ihr" (Kamu adalah kenisah Allah) terutama dari bagian "Doa umat". Bentuk mulia doa kepada Allah Tritunggal Mahamulia, sebagaimana ditampilkan dalam doa malam ini, pada hemat saya begitu penting bagi semangat Arnoldus Janssen sudah pada tahun-tahun pertama, sehingga saya ingin menambahkan di sini beberapa dari isinya. Doa malam itu terdiri dari bagian I: Bagian "Pujian dan Syukur" dan mulai dengan kata-kata Kitab Suci: "Kudus, kudus, kudus, Tuhan, Allah segala Kuasa, bumi penuh dengan kemuliaan-Nya! Kemuliaan kepada Bapa! Kemuliaan kepada Putra! Kemuliaan kepada Roh Kudus! Amin." - Ucapan pujian ini diulangi dua kali lagi dalam Bagian I. Beberapa seruan mulai dengan kata-kata: "Terpujilah ….", misalnya "Terpujilah Yesus Kristus Nama-Nya yang kudus - Allah dalam para Malaikat dan Orang Kudus-Nya". - Satu kelompok seruan-seruan lain dimulai dengan: "Kami mengucap syukur ….", misalnya "untuk semua anugerah dan rahmat yang diberikan kepada Maria dan semua Orang Kudus pada hari keangkatannya ke surga". Dan selanjutnya: "Kami mempersembahkan kepada-Nya (Tritunggal Mahakudus) - kekuasaan Bapa yang tak terduga, … kebijaksanaan Putra, … cinta kasih Roh Kudus, … kesucian Bunda Allah". Pada akhir bagian I kita menemukan seruan-seruan pertama dari `Doa perempat jam`: "Ya Allah karena kebenaran sabda-Mu, aku percaya akan Dikau - Tambahkanlah kepercayaanku. Karena kesetiaan-Mu pada janji-janji-Mu, aku berharap pada-Mu - Kuatkanlah harapanku. Karena besarnya kasih-setia-Mu(!) aku mengasihi Dikau - Kobarkanlah cintaku yang dingin". Sesudah bagian II "Pemeriksaan batin" menyusul dalam bagian III. ("Doa-doa"), yang dimulai kembali dengan tiga kali "Kudus", pernyataan ujud-ujud antara lain: "supaya senantiasa memenuhi kehendak Allah" - "supaya tetap bersatu dengan Allah" - "supaya mencintai hanya Allah" - "supaya melakukan segala sesuatu untuk Allah" - "supaya senantiasa mengenal lebih baik kehendak Allah" Dalam "Doa Umat" (bagian IV), selain doa untuk sanak-saudara, para sahabat, penderma, pelbagai tingkat dan kelompok dalam Gereja dan Serikat, antara lain juga - dalam satu bentuk yang penting di zaman itu - tercantum doa berikut bagi persatuan kembali umat Kristen yang terpecah-belah: "Tuhan Yesus, Engkau yang menjelang sengsara-Mu telah mohon kepada Bapa-Mu di surga, agar semua orang yang menyebut dirinya dengan Nama Putra-Nya yang Ilahi, bersatu dalam mengakui kebenaran yang telah Kauwahyukan kepada kami dan yang telah Kauserahkan kepada Gereja-Mu supaya kami percaya, berilah, agar kami semua dengan satu suara dan dengan satu hati mengakui dan memuji Nama-Mu yang Ilahi, demikian juga Nama Bapa dan Roh Kudus, sekarang dan selalu dan sepanjang segala abad". Menyelami lebih dalam - Misteri Allah Tritunggal Tahun-tahun pertama sebagai imam di Bocholt merupakan suatu persiapan menurut penyelenggaraan Ilahi bagi Arnoldus Janssen untuk tugas hidupnya di kemudian hari oleh mempelajari lebih mendalam kebenaran-kebenaran inti iman kita. Dia adalah seorang pengajar gymnasium yang sangat sibuk dengan 24 jam mengajar dan kadang-kadang masih lebih banyak jam seminggu dia membuat banyak pekerjaan untuk memberikan pengajaran yang baik, dan di samping itu dia membawakan ceramah-ceramah ilmu pengetahuan alam atau menulis karangan-karangan untuk majalah-majalah vak. Kewajibannya sebagai imam ialah pertama-tama merayakan Ekaristi untuk jumlah Misa tertentu yang diperolehnya dari "daerah perwakilan" atau "penderma". Selanjutnya dia membantu secara teratur dalam paroki St. Georg dengan mendengarkan pengakuan dan sebagai pengganti memimpin perayaan ibadat dengan khotbah. Sekaligus dalam tahun-tahun ini dia melengkapkan dan meluaskan pengetahuan teologinya, sebab dia mengalami bahwa studi teologinya yang hanya dua tahun lamanya itu tidak mencukupi. Tentang itu kemudian hari dia menulis dalam suratnya, tanggal 12.1.1897, kepada Kardinal Ledóchwski, dalamnya dia harus membela saudaranya Yohanes melawan tuduhan tentang ucapan-ucapan yang bersifat bidaah, sebagai berikut: "Semasa studi teologi, saya tidak membaca Santo Thomas, sebab pada waktu itu hampir tidak ada di Jerman dan seluruh teologi diajarkan dalam bahasa Jerman. Tapi setelah kemudian - dalam tahun-tahun pertama sebagai imam - saya menemukan 'Summa Theologica" Santo Thomas dalam sebuah perpustakaan, saya terpikat sedemikian oleh cinta kepada Santo Thomas, sehingga mempelajari hampir seluruh Summa itu, dan itu kendati 24 jam pengajaran yang saya harus berikan dalam satu minggu pada sebuah sekolah umum yang disebut di sini 'Realschule'". Pada waktu itu diterbitkan juga buku-buku dari pakar teologi dari Köln Matthias Scheeben: 1862 "Die Herrlichkeiten der göttlichen Gnade" dan terutama 1865 "Die Mysterien des Christentums". Arnoldus Janssen yang beberapa kali mengunjungi Scheeben, membaca dan mempelajari karya ini dengan minat yang besar, dan dengan demikian pemikiran mengenai misteri-misteri iman semakin memperkokoh di dalam dirinya sikap takwa dan pasrah terhadap Allah Tritunggal yang sudah mendasar sejak dalam rumah orang tuanya. Satu hal yang menarik ialah bahwa Janssen telah menganjurkan bahkan kepada orang-orang awam yang berminat, buku karangan Scheeben "Mysterien des Christentums" sebagai sebuah buku yang mengandung ajaran yang sangat berharga, guna mengenal hubungan intern antara kebenaran-kebenaran paling luhur agama kita dan dengan ajaran tentang Tritunggal Mahakudus. Dalam majalah-majalah rohani kecil dan lembaran-lembaran doa dari tahun-tahun ini, yang diterbitkannya terutama untuk anggota-anggota "Kerasulan Doa" - demikian juga dalam "Buku pedoman untuk Doa bersama" (1871) - Janssen menganjurkan cara berdoa terkenal yang sama, seperti kita kenal dari doa malam untuk kaum remaja. Jadi kita menemukan kembali ungkapan-ungkapan seperti "Kemuliaan Ilahi-Mu", "Tuhan, Allah Mahakuasa", dan lagi-lagi seruan-seruan yang kemudian kita dapat dalam "Doa Perempat-Jam". Dalam "Buku penerimaan anggota-anggota baru" terdapat juga "Doa penyerahan Penebus Tersalib", yang kemudian hari menjadi doa pada setiap hari Jumat bagi komunitas-komunitas SVD selama banyak dasawarsa. Bagian-bagian doa itu tiap kali mulai dengan bentuk meriah: "Marilah kita berdoa kepada Allah, Bapa surgawi : Allah Mahatinggi dan Bapa Tuhan kami Yesus Kristus, Engkaulah satu-satunya Penguasa yang benar. Kami menyembah keluhuran kebapaan-Mu yang abadi". Demikian juga doa-doa kepada "Allah, Putra Bapa yang kekal", dan kepada Roh Kudus, "Allah Mahatinggi, Roh dan anugerah dari Bapa dan Putra, Engkaulah satu-satunya Penghibur kami yang benar. Kami menyembah kekudusan asal-Mu yang kekal". Lain daripada itu teks-teks lain dari khazanah doa Serikat Sabda Allah dari masa-masa kemudian mengikuti bentuk doa yang sama kepada Allah Tritunggal, misalnya dalam doa pagi: "Aku menyembah Engkau Allah Yang Mahatahu, karena Engkau mengetahui segala sesuatu … Allah Mahaadil … Allah Mahakudus …" Usaha yang lebih mendalam mengenai teologi dan terpesona oleh keagungan Allah yang menguasai segala-galanya semakin terang membentuk bukan hanya doa Arnoldus Janssen, melainkan mengubah juga seluruh jalan pemikiran dan akhirnya tindakannya. Itulah terutama akibat langsung yang dihasilkan oleh merenungkan dalam iman keagungan Allah: Dia, Tuhan Mahakuasa atas segala sesuatu dan atas hidupku, ingin kupuja dan kuabdi oleh memenuhi kehendak-Nya. Dan sesungguhnya sekitar 1865 Arnoldus Janssen, diilhami oleh keagungan Allah, telah mulai menempuh satu arah baru dalam hidup imamnya: untuk lebih giat dalam karya pelayanan imam-pastoral, dia menjadi promotor dan direktur diosesan bagi "Kerasulan Doa" demi menghormati Hati terkudus Yesus. Untuk dapat bekerja dengan leluasa bagi "cita-cita besar Hati terkudus Yesus", dia meninggalkan jabatan pengajar di Bocholt dan menerbitkan majalah Misi "Kleiner Herz-Jesu-Bote". Usaha mendapatkan lebih banyak utusan-utusan iman di Jerman akhirnya mengarahkannya sampai mengetahui panggilan oleh Allah: menjadi pendiri sebuah serikat karya Misi.

Spiritualitas Santo Arnoldus Janssen Devosi-devosi Khusus Mingguan Jumat Pertama : Devosi kepada Hati Kudus Yesus. Senin Ketiga : Devosi kepada Roh Kudus. Novena Khusus : Natal dan Pentakosta.

St. Arnoldus Janssen, SVD

Devosi lainnya : Kepada Tritunggal Mahakudus dan Hati Maria Tak Bernoda.

Doa Suku Jam St. Arnoldus Janssen P. : Ya Allah, Engkaulah kebenaran abadi S. : Aku percaya kepadaMu P. : Engkaulah yang mahakuasa, mahamurah dan mahasetia pada janji-Mu S. : Aku berharap padaMu P. : Engkaulah yang mahabaik dan patut dikasihi S. : Aku mengasihi Dikau dengan segenap hati dan menyesal karena berdosa terhadapMu

3,999 views0 comments
bottom of page