JUMAT
Pekan Biasa VIII
Peringatan Wajib St. Yustinus, Martir Bacaan Pertama : 1Ptr. 4:7-13
Bacaan Injil : Mrk. 11:11-26
Beberapa ruas jalan negara di Flores sangat kacau balau dan hiruk-pikuk sehingga lalu lintas menjadi macet. Hal ini karena para pedagang kaki lima menjadikan jalan raya itu tempat berjual-beli barang dagangannya. Para pedagang akan lari berhamburan ketika para petugas penertiban datang. Penjual siri pinang, penjual ikan, penjual sayur-sayuran, penjual mainan anak, penjual pakaian akan dengan segera mengemasi barang dagangannya dan mencari keamanan agar para petugas tidak menghamburkan barang dagangan mereka.
Saya membayangkan peristiwa ini dengan suasana ketika Yesus membersihkan bait Allah yang dijadikan tempat berdagang. Penginjil melukiskan bahwa Yesus bertindak keras. Yesus mengusir para pedagang, membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku pedagang merpati. Yesus juga melarang orang yang membawa barang-barang untuk melintasi halaman bait Allah. Yesus lalu mengajar mereka, katanya: Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa?”
Kita adalah bait Allah yang hidup, karena kita telah mengambil bagian dalam hidup Allah sendiri. Sebagai bait Allah yang hidup, kita juga menjadi tempat pertemuan antara Allah dan manusia ciptaan-Nya. Inilah tugas perutusan kita sebagai bait Allah yang hidup dalam dunia modern dengan segala tantangan dan kesulitan. Namun, kita yakin bahwa dalam situasi apa pun Allah selalu menyertai kita asalkan pintu hati kita terbuka terhadap kehadiran Allah. Karena itu, jangan jadikan diri kita yang adalah bait Allah yang hidup sebagai sarang penyamun.
DOA
Allah Tritunggal Mahakudus, kami menyadari kerapuhan diri kami. Kami seringkali menjadikan diri kami sebagai sarang penyamun karena tutur kata dan tindakan kami yang tak sesuai kehendak-Mu. Semoga dengan bantuan doa St. Yustinus Martir, kami dimampuhkan menjadi bait Allah yang hidup. Amin.