KAMIS
Peringatan Wajib St. Aloisius Gonzaga, Biarawan
Bacaan Pertama : Sir. 48:1-14
Bacaan Injil : Mat. 6:7-15
Hari ini, Penginjil Matius dengan amat jelas menampilkan model doa yang ideal dengan beberapa kriteria utama. Pertama, sebuah doa ideal mesti menyentuh langsung substansi tujuan. Kedua, tidak bertele-tele dalam rumusan kata-kata rasional. Basis penyokong argumen penginjil Matius tentang kriteria sebuah doa ideal amat sederhana, bahwa sebelum sebuah doa disampaikan, isi dan maksudnya telah terlebih dahulu diketahui oleh Allah.
Kerap kali, dalam setiap kesempatan berdoa kita cenderung melawan dua kriteria doa ideal di atas. Yang lebih kita pentingkan hanyalah rumusan kata-kata yang indah daripada kualitas isi doa. Padahal doa dengan rumusan kata-kata yang berbelit-belit mengaburkan maksud atau intensi sebuah doa. Selain itu, terkadang kita terjebak dalam persepsi dangkal bahwa kualitas sebuah doa bergantung mutlak pada panjang dan indah-tidaknya kata-katanya.
Penginjil Matius memberikan pencerahan baru dan mengharuskan kita untuk mulai mengubah persepsi lama tentang ideal sebuah doa dengan berlandas pada dua kriteria yang telah ditampilkan di atas. Selain itu, kualitas sebuah doa bergatung penuh pada hati. Hati mesti menjadi sumber dan asal dari ungkapan iman yang paling personal dengan Allah. Doa tanpa hati, hanyalah ucapan bibir. Hal itu sama dengan kesia-siaan. Oleh sebab itu, sebagai insan pendoa, dengan hati yang bersih marilah kita senantiasa berdoa “Bapa Kami...” sebagai model doa ideal yang berkualitas dan benar, serentak rujukan yang tepat untuk merumuskan doa-doa kita.
DOA
Allah Tritunggal Mahakudus, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah mengajarkan kepada kami doa Bapa Kami. Kami mohon, semoga dengan perantaraan doa St. Aloisius Gonzaga kami mampu berdoa sesuai dengan yang diharapkan. Amin.