top of page

Belajar Rendah Hati


SABTU

Pekan Biasa XV

Bacaan Pertama : Mi. 2:1-5

Bacaan Injil : Mat. 12:14-21


Terhadap orang terkenal, selalu ada tanggapan berbeda atas dirinya, entah kagum atau iri hati kepadanya. Orang yang menanggapi dengan iri hati akan menghalangi atau menyingkirkan orang tersebut, bahkan sampai membunuh jika kebenciannya memuncak. Orang yang iri hati, semakin mendengar orang lain populer maka hatinya semakin panas dan semakin tidak dapat mengendalikan dirinya; ia akan berusaha membungkam orang tersebut. Menghadapi orang yang sering menaruh iri hati, memang tidak ada jalan lain, selain menyingkir darinya.

Situasi di atas juga dialami oleh Yesus sebagaimana dikisahkan dalam bacaan Injil hari ini. Yesus dibenci dan hendak dibunuh oleh orang-orang Farisi karena menarik semakin banyak orang Yahudi kepada-Nya untuk minta kesembuhan. Tentu saja orang-orang Farisi merasa tersaingi. Untuk mencegah situasi tersebut, Yesus menyingkir dan melarang orang yang disembuhkan-Nya untuk tidak menyebar-luaskan berita tentang kesembuhan diri mereka. Akan tetapi, rasa gembira yang meluap memaksa orang-orang yang disembuhkan untuk bercerita tentang bagaimana Yesus menyembuhkan diri mereka. Yesus memilih menyingkir, bukan dari pekerjaan-Nya, melainkan dari bahaya sebab saat-Nya belum tiba. Ia bisa saja membuat mukjizat untuk menyelamatkan diri-Nya, tetapi Ia memilih cara biasa yang dilakukan manusia, yakni menyingkir dan menyendiri. Ia mau menyamakan diri dengan manusia.

Kita perlu belajar dari sikap Yesus ketika menghadapi orang yang iri hati kepada diri-Nya dan bagaimana cara mengatasinya. Pertama, Yesus tidak memaksakan ajaran-Nya, terserah kepada keputusan masing-masing untuk menerima atau menolak ajaran-Nya. Kedua, Yesus bersikap rendah hati. Meski tahu diri-Nya diikuti banyak orang, tetapi Yesus tidak sombong, Ia malah mengosongkan diri dan membuat diri-Nya tidak berarti apa-apa. Hal ini terlihat dari tindakan-Nya melarang orang yang disembuhkan untuk menutup mulut atas kesembuhan mereka. Ketiga, Yesus tidak berbantahan dengan orang lain, Ia malah menyingkir. Kita belajar bagaimana Yesus bersikap rendah hati dan meluangkan waktu untuk menyingkir dan menjalin keakraban dengan Tuhan dalam situasi hening. Hanya dengan keheningan hati, kita bisa masuk ke dalam diri sendiri dan semakin bertumbuh dalam sikap rendah hati.


DOA

Allah Tritunggal Mahakudus, buatlah kami menjadi pribadi-pribadi yang selalu rendah hati dan tidak iri pada keberhasilan orang lain. Amin.




13 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page