RABU
Pekan Biasa XXII
Bacaan Pertama : 1Kor. 3:1-9
Bacaan Injil : Luk. 4:38-44
Terdapat beberapa hal yang dapat dicatat dari Injil hari ini. Pertama, Yesus menghardik setan-setan yang menyebut-Nya sebagai Anak Allah. Hardikan Yesus yang ditujukan kepada roh-roh jahat mungkin saja karena Yesus merasa belum waktunya menyatakan diri-Nya secara terang-terangan sebagai Mesias. Kita ingat percakapan-Nya dengan para murid tentang siapa Dia menurut mereka. Banyak yang mengulang pendapat orang lain tentang siapa itu Yesus. Hanya Petrus saja yang menyebut-Nya sebagai Mesias.
Kedua, Ia pergi ke tempat yang sunyi. Tidak disebutkan apakah Ia berdoa atau sekadar mengasingkan diri dari keramaian karena banyak orang yang mencari Dia. Yang pasti, Yesus selalu menyempatkan diri ke tempat sunyi untuk berdoa. Doa menyatakan persatuan-Nya dengan Bapa sekaligus memohon penyertaan dari Bapa-Nya sebagaimana dikisahkan dalam pengalaman di taman Getsemani.
Ketiga, Ia pergi mengajar di kota-kota lain. Kehadiran Yesus ditanggapi secara positif oleh orang-orang di Kapernaum. Mereka berusaha menahan Dia agar tetap bersama mereka. Yesus menolak dan mengatakan bahwa Ia masih harus mewartakan keselamatan di kota-kota lain. Dengan demikian, tidak hanya di Galilea saja keselamatan Allah dinyatakan tetapi seluruh Yudea berhak atas Kabar Gembira. Allah tidak pilih kasih.
Apa yang dapat kita pelajari? Kisah Injil hari ini menekankan aspek kemuridan Yesus. Ia taat pada Bapa-nya. Ketaatan itulah yang membuat Dia tidak mewartakan kebesaran diri, selalu berusaha menjalin komunikasi dengan Allah untuk menemukan kehendak Bapa dan pergi mewartakan kabar gembira kepada segala bangsa sebagai tugas yang diemban-Nya dari Bapa sendiri. Sebagai orang Katolik, apakah karya pelayanan kita murni sebagai bentuk penghayatan akan iman dan perwujudan amanat kenabian Yesus demi keselamatan umat manusia ataukah untuk mengejar prestise dan meningkatkan harga diri di mata orang lain? Apakah misi pelayanan hanya merupakan selubung yang menutupi ego pribadi?
DOA
Allah Tritunggal Mahakudus, jadikanlah kami rendah hati sebagaimana Engkau sendiri senantiasa mendengarkan Bapa. Amin.