SABTU
Pekan Biasa XXX
Bacaan Pertama : Filipi 1: 18b-26
Bacaan Injil : Luk. 14:1,7-11
Bacaan Injil yang baru saja kita dengar berkisah tentang pentingnya menjadi pribadi yang rendah hati. Yesus mengangkat perumpamaan yang sederhana, tetapi syarat makna. Perumpamaan tersebut merupakan suatu bentuk kritik bagi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Kedua kelompok tersebut selalu mencari penghormatan dan pengakuan dari pihak lain, tetapi mereka sendiri tidak menghargai dan menghormati orang lain.
Sikap tinggi hati tanpa memedulikan orang lain adalah sikap yang harus dihilangkan dalam kehidupan ini. Jika sikap tinggi hati ini dipelihara maka melahirkan pribadi otoriter, egois dan sombong. Yesus menasihatkan agar kita tidak merasa diri lebih hebat, lebih pandai, lebih dihargai dari pada orang lain. Kita seharusnya menjadi pribadi yang rendah hati, yang tahu menghargai dan menghormati sesama yang lain.
Di tengah dunia yang terus mengalami perubahan, orang berlomba-lomba mencari prestise, kedudukan dan kuasa dengan menghalalkan pelbagai cara. Tentu semuanya itu hanya demi kepuasan pribadi dan kelompok semata. Sikap-sikap ini sama seperti orang Farisi dan ahli Taurat yang mau mencari kesenangan dan mengorbankan sesama yang lain. Pertanyaan untuk kita, sudakah kita menjadi murid Tuhan yang setia, selalu bersikap rendah hati dan menerima sesama dalam hidup setiap hari? Atau apakah kita ingin menjadi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat masa kini bagi sesama?
DOA
Allah Tritunggal Mahakudus, mampukanlah kami untuk bersikap rendah hati dan selalu berharap pada kasih setia-Mu. Amin.