top of page

Uskup Ewaldus Tahbiskan 12 Imam Baru di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero

Updated: Nov 9, 2024


Para Diakon Berlutut di Hadapan Bapa Uskup dan Pimpinan SVD

Ledalero - Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero menggelar misa pentahbisan bagi ke-12 diakon Serikat Sabda Allah/Societas Verbi Divini (SVD) pada Sabtu (5/10/2024) di Aula St. Thomas Aquinas Ledalero. Para imam baru tersebut berasal dari Keuskupan Maumere dan Keuskupan Larantuka. Perayaan misa tahbisan itu diikuti oleh keluarga para imam baru, biarawan dan biarawati, serta tamu undangan. Di atas panti imam, ada puluhan imam konselebran yang mendampingi Uskup Pentahbis, Mgr. Ewaldus Martinus Sedu. Perayaan ini dimeriahkan dengan lagu-lagu misa yang dibawakan oleh Ledalero Choir, kelompok paduan suara Seminari Tinggi Ledalero. Perayaan misa itu juga ditayangkan secara daring melalui kanal YouTube Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero. Kedua belas imam baru itu yakni, P. Francesco Bogdan Mohandas Bata, SVD., P. Frederick Dennis Hayon., SVD, P. Ignasius Nasu Hayon, SVD., P. Kristianus Lambertus Lambera Muda., SVD., P. Oktovianus Olong, SVD., P. Onesimus Moan Jagong, SVD., P. Sabinus Dua Huar, SVD., P. Silvester Gebhardus Huler Kenehan, SVD., P. Ferdinando Veritas Siprianus, SVD., P. Yohanes Baptista Atbau Ujan, SVD., P. Yoseph Norbertus Pehan Kelen, SVD., P. Yulius Candra Kasiwali, SVD.

Tahbisan kali ini mengusung tema “Engkau Sanggup Melakukan Segala Sesuatu".

 


Para Diakon dengan Posisi Tengkurap

Dalam khotbahnya, Uskup Keuskupan Maumere yang menjabat sejak 2018 itu menekankan tentang realitas ketakutan dan kegelisahan yang sering kali melanda kehidupan umat manusia dengan menarasikan kisah Ayub.

“Ketakutan, kegelisahan, dan gugatan situasi batin juga menjadi narasi kehidupan Ayub, seorang saleh dan tekun yang selalu mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan dan sesamnya. Narasi Ayub terbagi dalam tiga episode; masa-masa indah bersama Tuhan dan keluarga, masa-masa sulit dan menyakitkan tanpa-orang-orang yang dicintai, dan masa Tuhan menjawab keluh kesah dan pemberontakkan batin Ayub. Tiga masa berbeda ini seakan menjadi pembalikan drastis dari kegembiraan dan sukacita menuju penderitaan dan dukacita, dari canda tawa dan pesta menuju ratap tangis dan suasana berkabung hari demi hari. Dimanakah Tuhan dalam penderitaan hamba-Nya Ayub? Apakah Tuhan tidak menolong orang-orang yang setia dan tekun pada kasih setia-Nya? Apakah Tuhan tidak melihat penderitaan Ayub yang datang bertubi-tubi? Pantaskah orang baik dan takwa mendapatkan penderitaan dalam kehidupannya?,” jelas Uskup Ewaldus.



Para Imam Menumpangkan Tangannya ke Atas Kepala Para Diakon

Lebih lanjut Uskup kelahiran Bajawa, 30 Juli 1963 itu menjelaskan bahwa sosok Ayub menjadi inspirasi dalam refleksi iman kita, betapa kasih Tuhan melampaui keraguan dan kerapuhan diri kita.

“Tema tahbisan kita hari ini sungguh menyentuh hati sebagai peziarah berpengharapan, ketika di puncak penyerahan hidup, kita berseru seperti Ayub, “Engkau sanggup melakukan segala sesuatu.” Ayub adalah gambaran yang luarbiasa tentang rahmat dan belas kasih Allah yang mesti diuji oleh ketangguhan iman, tidak hanya dalam hal yang enak-enak dan menyenangkan melainkan juga dalam pengalaman penderitaan, kesakitan, kegagalan, atau kehancuran dalam hidup. Ucapan syukur dan bahagia Tuhan Yesus dalam injil hari ini membawa saya pada ingatan akan hidup sama saudara, imam misionaris SVD yang saya jumpai; kesederhanaan hidup, ketulusan berkarya, dan keberanian bersaksi adalah contoh hidup yang saya alami, ada rasa kagum yang luar biasa betapa kecerdasan dan kepintaran yang mereka perjuangkan dan hayati tidak menjadi kecerdasan dari sebuah kecerdasan menara gading yang jauh tetapi lahir dari penghayatan hidup sebagai putra Sang Sabda untuk pelayanan dengan penuh kerendahan hati,” tutur mantan Praeses Seminari Tinggi Interdiosesan St. Petrus Ritapiret itu.



Orang Tua Memberikan Berkat dan Restu kepada Putranya yang hendak Ditahbiskan

Kepada ke-12 imam baru, Uskup Ewaldus memberikan dua pesan penting. Pertama, panggialan dalam kesucian rahmat imamat hendaknya membawa kita pada keheningan hidup untuk membaca dan meresapi Sabda Tuhan. Kedua, imamat itu adalah karya rahmat.

“Setiap hari dalam ziarah panggilan seorang imam, daya tarik dan daya pikat kemajuan zaman boleh jadi membuat kita kehilangan orientasi dan terseret pada pola hidup kenikmatan dan zona nyaman lantas melupakan hidup doa dan terang Sabda Tuhan. Seorang putra SVD terpanggil untuk mencintai Sang Sabda dan membawa Sang Sabda itu ke tengah dunia dalam kesaksian dengan segala risiko kemuridannya. Karena imamat adalah karya rahmat, maka belajarlah untuk memelihara rahmat ilahi dalam kehidupan setiap hari seraya meletakkan roh kerendahan hati untuk tetap taat, miskin, dan murni bagi imamat yang kudus dan berahmat ini,” pesannya.



Bapa Uskup Menerima Berkat dari Para Imam Baru

Selain itu,  di akhir misa, Uskup Ewaldus mengajak umat untuk bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada keluarga-keluarga para imam yang telah dengan penuh kasih mempersembahkan anak-anak mereka bagi karya panggilan religius-misioner juga terima kasih kepada SVD yang selalu dan terus mendukung Gereja lokal di Keuskupan Maumere.

“Sukacita imamat sungguh dirasakan hari ini ketika putra-putra tercinta yang kita kasihi menerima urapan suci imamat. Kita bersukacita bukan karena prestasi dan kehebatan mereka melainkan karena rahmat Allah yang begitu besar tercurah ke atas mereka tanpa memandang jabatan dan pangkat keluarga. Sukacita imamat ini harus terus dibagi-bagikan kepada orang banyak dalam setiap tugas pengabdian seorang imam dan kita berharap imamat suci ini sanggup meneguhkan kehidupan dunia saat ini, bisa mengusap air mata orang-orang susah dan terkucilkan serta bisa membangkitkan kembali harapan iman yang telah pudar bahkan hilang. Tuhan tidak memanggil orang yang sudah sempurna tetapi Dia menyempurnakan orang yang dipanggil-Nya, Tuhan tidak memangil orang kudus, tetapi Dia menguduskan orang-orang yang dipanggil-Nya. Rahmat Allah harus senantiasa dihidupi dengan tanggung jawab dan tidak menjadi pribadi yang pasif dan miskin kreatifitas dalam menghidupi panggilan sebagai imam,” terang Uskup Ewaldus.



Tampak Imam Baru Memberikan Berkat Pertamanya kepada Orang Tua

Mewakili para imam baru, Pater Silvester Gebhardus Huler Kenehan., SVD., menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada Uskup Pentahbis, Mgr. Ewaldus, orang tua, keluarga besar, anggota komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, pimpinan SVD, para imam konselebran, para biarawan dan biarawati, para pendidik, para donatur, karyawan/karyawati, dan umat serta Panitia Tahbisan Imam 2024 yang telah mengambil bagian dalam perayaan syukur ini.


“Seperti para murid yang adalah manusia-manusia biasa, demikian kami juga adalah manusia biasa yang dipanggil oleh Tuhan untuk bekerja di kebun anggur-Nya. Kami adalah manusia biasa dan karena itu dalam perjalanan panggilan tentu kami mengalami yang namanya keraguan, kecemasan, putus asa, dan ketakutan. Namun, karena Tuhan yang telah memanggil dan memilih kami sanggup melakukan segala sesuatu maka kamipun sanggup mengatasi keraguan, kecemasan, dan ketakutan-ketakutan itu. Kami yakin dan percaya bahwa Tuhan akan senantiasa melengkapi kekurangan kami, menyanggupkan ketakberdayaan kami dan menyempurnakan perjuangan kami. Doakan kami selalu agar menjadi imam yang baik dan tidak menjadi seperti Yudas Iskariot yang mengkhianati Tuhan,” kata Pater Edy Huler yang mendapat tugas misi pertamanya di Provinsi SVD Timor.


Mewakili Para Yubilaris, Pater Adam Memberikan Sambutan

Untuk diketahui, tahun ini, Serikat Sabda Allah (SVD) mempersembahkan 49 imam baru yang ditahbiskan di empat (4) tempat yakni, di Nenuk-Atambua (13 orang imam), di Onekore-Ende (13 orang imam), di Kuwu-Ruteng (11 orang imam), dan di Ledalero (12 orang imam). 


Penulis: Fr. Rikhard Diku,SVD

Editor: Fr. Rio Ambasan,SVD

187 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page