Seminariledalero.org - Sebanyak 12 Diakon SVD ditahbiskan menjadi Imam SVD di Aula St. Thomas Aquinas Ledalero pada Sabtu, 3 Oktober 2020. Uskup pentahbis adalah Mgr. Vincentius Sensi Potokota. Berikut profil ke-12 Imam Baru SVD.
Pater Mario Fransisco Ceme Owa Poa, SVD
Semua orang menyapanya Pater Rio Poa. Ia dilahirkan di Ruteng, 6 Oktober 1990. Jalan panjang pendidikannya dimulai dari TKK Panti Rini Maumere (1994-1996), SDK Bhaktyarsa Maumere (1996-2002), SMP Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere/SMPK Frater Maumere (2002-2005), dan SMA Seminari St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko, Ngada (2005-2008).
Ia melamar menjadi anggota SVD, dan memulai masa novis di Novisiat Sang Sabda Kuwu, Manggarai. Pada 15 Agustus 2010, ia mengikrarkan Kaul Pertama di Novisiat Sang Sabda Kuwu.
Setelah itu, ia melanjutkan Studi S1 Filsafat di STFK Ledalero Maumere (2010-2014). Tahun 2014-2017, Pater Rio Poa menjalankan Overseas Training Program (OTP) di Provinsi SVD Jepang. Ia mengikuti kursus Bahasa Jepang di Center for Japanese Studies, Universitas Nanzan (2014-2016), dan menjadi Sukarelawan di daerah bencana Gempa bumi dan tsunami Tōhoku, Jepang (2016-2017).
Tahun 2017-2020, Pater Rio Poa menjalani Program Studi S1 Filsafat dan Teologi di Department of Christian Studies, Universitas Nanzan. Dan tepat 9 Maret 2019, ia mengikrarkan Kaul Kekal di Divine Word Seminary, Nagoya, Jepang.
Selanjutnya, pada 14 Maret 2020, ia ditahbiskan menjadi Diakon di Divine Word Seminary, Nagoya oleh Uskup Nagoya, Mgr. Michael Matsuura Goro. Pada April-Agustus 2020, Pater Rio menjalani Praktik Diakonat di Paroki St. Mikhael Odate, Keuskupan Niigata, Jepang.
Tepat 3 Oktober 2020, ia ditahbiskan menjadi Imam oleh Mgr. Vincentius Poto Kota di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero dengan moto tahbisan, “Yusuf, Anak Daud, Janganlah Engkau Takut Mengambil Maria sebagai Istrimu” (Matius 1:20). Ia mendapat tugas pertama di Provinsi SVD Polandia.
Dalam pergumulannya, Pater Rio menulis, menerima rahmat panggilan, secara khusus rahmat sakramen imamat dari Allah, bagi saya ibarat sosok Yusuf yang menerima Maria sebagai istrinya.
Meskipun Yusuf menerima Maria sebagai istrinya, namun pada akhirnya Maria tetap perawan, tak bernoda dan tetap milik Allah seutuhnya. Akan tetapi Yusuf tetap berani dan setia menjaga dan melindungi Maria, dan membesarkan Yesus sebagai putranya sendiri.
Rahmat imamat adalah milik Allah, dan saya bersyukur diberi kesempatan untuk berpartisipasi di dalamnya. Rahmat ini bukan milik pribadi yang bisa saya gunakan sesuka hati demi pemenuhan nafsu atau egoisme pribadi.
Sebaliknya rahmat yang luar biasa ini harus saya terima, jaga, dan lindungi. Dan terutama, rahmat ini adalah “titipan Allah” yang harus saya bawa kepada semua orang dalam pelayanan misioner.
Pater Purnomo Sole Modestus, SVD
Pater Pur, begitu ia disapa. Buah cinta Bapa Marselinus Timbul (+) dan Mama Martha Valentina ini terlahir sebagai anak ke-3 dari 3 bersaudara. Ia lahir di Kupang, 15 Juni 1992. Ia berasal dari Paroki St. Mikhael Kumba, Ruteng.
Pater Pur mengenyam pendidikan TK di TK Sta. Maria Assumpta Kupang (1997), SDI Kayu Putih Kupang (1998-2000), SDK Sta. Maria Ruteng III (2000-2004), SMPK Seminari Pius XII Kisol (2004-2007), dan SMA Seminari Pius XII Kisol (2007-2010).
Setelah lamarannya sebagai anggota SVD diterima, Pater Pur menjalani masa novis di Novisiat Sang Sabda Kuwu, Ruteng. Lalu, ia menjalani Studi Filsafat di STFK Ledalero, Maumere (2012-2016).
Pater Pur menjalani Tahun Orientasi Pastoral di SMAK Syuradikara Ende. Ia kembali dan mengikrarkan Kaul Kekal di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, 15 Agustus 2018. Setelah itu, ia lanjutkan Studi Teologi di STFK Ledalero (2018-2020).
Sesudah ditahbiskan menjadi Diakon, ia menjalani praktik Diakonat di Paroki St. Maria Ratu Semesta Alam Hokeng, Keuskupan Larantuka.
Pada 3 Oktober 2020, ia ditahbiskan menjadi imam SVD dan mendapat perutusan pertama ke Provinsi SVD Argentina Selatan. Ia memilih moto tahbisan “Mau Apakah Engkau Dari Padaku?” (Yoh 2:4).
Menurut Pater Pur, pertanyaan di atas merupakan kata-kata Yesus kepada ibunya dalam peristiwa kehabisan anggur pada pesta pernikahan di Kana. Yesus merasa bahwa saatnya belum tiba untuk mewartakan diri-Nya sebagai seorang Mesias.
Pertanyaan yang sama muncul dalam seluruh ziarah panggilannya, “Tuhan sebenarnya mau apa dari saya sehingga Dia masih memanggil saya sampai pada detik ini?”
Terkadang, katanya, ia menyadari bahwa ia tidak layak untuk menerima rahmat sebesar ini dari Tuhan karena sadar akan kelemahan dan keterbatasan yang dimiliki. Ia juga kerap mengalami tantangan hidup yang bisa saja membuat ia tidak melanjutkan panggilan ini.
Berhadapan dengan situasi batas ini, Tuhan tetap memanggilnya, dan bahkan selalu memecahkan setiap persoalan yang ia hadapi dalam seluruh ziarah panggilannya.
Moment ‘kehabisan anggur’ seringkali ia alami, tetapi Dia yang tetap mencintai Pater Pur selalu hadir untuk menyegarkan dengan sentuhan kasih yang menguatkannya.
“Saya yakin dan percaya bahwa Dia ingin agar saya tetap bergandengan tangan dengan-Nya dan tidak memisahkan diri dari-Nya.”
Pater Wempianus Moan Jawa, SVD
Ia kerap disapa Pater Wempi. Anak ketiga dari pasangan Bapak Emanuel Malewair dan Ibu Valentina Pitang ini lahir di Watublapi, 4 September 1989. Mereka seluruhnya enam bersaudara. Paroki asalnya adalah MBC Watublapi.
Pater Wempi mengenyam pendidikan di SDK Watublapi (1996-2002), SMPK Hewerbura (2002-2005), SMA Seminari Sinar Buana, Weetebula-Sumba Barat Daya (2005-2009).
Ia memilih menjadi anggota SVD dan menjalani masa novis di Novisiat St. Yosep Nenuk, Atambua (2009-2011). Selanjutnya, ia studi Filsafat di STFK Ledalero-Maumere (2011-2015).
Usai menuntaskan S1, Pater Wempi menjalani Tahun Orientasi Pastoral di tiga tempat, yakni Paroki Katedral St. Maria Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Juli 2015-Februari 2016), di Paroki St. Arnoldus Janssen Kuala Kurun, Kalimantan Tengah (Februari-Desember 2016), dan di Divisi Perempuan TRUK, Maumere (Juni 2018-Juni 2019).
Pater Wempi mengikrarkan Kaul Kekal di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, 15 Agustus 2017. Setelah itu, ia melanjutkan studi Teologi di STFK Ledalero (2017-2020).
Ia ditahbiskan menjadi Diakon dan menjalani praktik diakonat di Kuasi Paroki Pemo-Ende. Pada 3 Oktober 2020, Pater Wempi ditahbiskan menjadi imam dengan moto tahbisan “Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup” (Yoh. 14:6). Pater Wempi mendapat tempat tugas pertama di Provinsi SVD Brazil Amazon.
Pater Zakarias Seran Daton, SVD
Putera Adonara ini disapa Pater Zaka Daton. Ia lahir di Bungalawan, 25 Juni 1988. Ayahnya bernama Leonardus Goran Seran dan Ibunya bernama Yuliana Ema Simo (+). Pater Zaka terlahir sebagai anak kelima dari delapan bersaudara. Paroki asalnya adalah St. Yoseph, Tanah Boleng, Adonara Timur.
Jalan panjang pendidikannya dimulai sejak tahun 1995-2002 di SDI Bungalawan, selanjutnya ke SMP Nyiur Melambai, Tanah Boleng, Adonara Timur (2002-2005), SMA Seminari San Dominggo Hokeng (2005-2008), SMAN 1 Adonara Timur (2008-2009), Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2009-2010).
Setelah diterima sebagai anggota SVD, Pater Zaka menjalani masa novis di Novisiat St. Yosef, Nenuk (2010-2012). Kemudian, ia studi Filsafat di STFK Ledalero, Maumere (2012-2016).
Tahun 2016-2017, Pater Zaka menjalani Tahun Orientasi Pastoral di Paroki St. Yohanes Penginjil Masohi, Ambon. Dan pada 15 Agustus 2018, ia mengikrarkan Kaul Kekal dalam SVD di Ledalero.
Pater Zaka menjalani studi Teologi di STFK Ledalero. Pada 26 Juli 2020, ia ditahbiskan menjadi Diakon dan menjalani praktik Diakonat di Paroki Spiritu Santo Misir (Juli-September 2020).
Sabtu, 3 Oktober 2020, Pater Zaka ditahbiskan menjadi imam. Ia mendapat tugas perutusan ke Regio Madagaskar. Ia memilih moto tahbisan “Jangan Takut” (Luk. 5:10).
Dalam pergumulannya, Pater Zaka menulis, panggilan Yesus untuk menjadi murid-murid-Nya menuntut suatu pengorbanan yang sungguh. Dia mengharapkan satu niat yang tulus dan kerelaan hati yang sungguh serta percaya teguh kepada-Nya. Dia mengharapkan agar jangan takut dalam menjalani panggilan hidup ini.
“Panggilan yang sedang saya jalani ini memiliki banyak tantangan, namun semuanya mampu diatasi berkat doa dari Anda kalian. Saya percaya, Tuhan memaklumi jalan hidup saya ini. Dia adalah Guru dan sahabat yang selalu setia menuntun dan menguatkan saya.”
Pater Yanuartri Servinus Mere Veto, SVD
Ia disapa Pater Yano. Ia lahir di Kupang, 8 Januari 1990. Paroki asalnya adalah St. Maria Assumpta Walikota Kupang.
Pater Yano menjalani pendidikan di TKK St. Maria Assumpta Walikota Kupang (1995-1996), SDK St. Maria Assumpta Walikota Kupang (1996-2000), SDK SDK St. Mikael Ruteng 1 (2000-2002), SMP Negeri 1 Ruteng (2002-2005), dan SMA Seminari St. Rafael Oepoi Kupang (2005-2009)
Pater Yano diterima sebagai anggota SVD dan memulai masa novisnya di Novisiat Sang Sabda Kuwu-Ruteng (2005-2009). Pada 15 Agustus 2011, ia mengikrarkan Kaul Pertama dalam SVD.
Tahun 2011-2015, ia menjalani Studi Filsafat (S1) di STFK Ledalero-Maumere. Kemudian, ia menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di SMK Bina Karya Larantuka (Juli 2015-Desember 2016).
15 Agustus 2017, Pater Yano mengikrarkan Kaul Kekal.
Kemudian ia melanjutkan studi Teologi (S2) di STFK Ledalero (2017-2019). Tahun 2019-2020, ia menjalani TOP kedua di Perkumpulan Divisi Perempuan TRUK-F Maumere. Lalu, ia ditahbiskan menjadi Diakon oleh Mgr. Edwaldus M. Sedu, Pr pada 26 Juli 2020.
Ia menjalani praktik diakonat di Paroki Hati Amat Kudus Yesus Lerek-Lembata, Juli-September 2020. Dan pada 3 Oktober 2020, ia ditahbiskan menjadi Imam oleh Mgr.Vincentius Sensi Potokota, Pr. Pater Yano mendapat tugas pertama di Provinsi SVD Polandia.
Pater Yano memilih moto tahbisan imam, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2Kor. 4:7).
Dalam refleksinya, ia menulis, ditahbiskan menjadi iman di tengah situasi Pandemi Covid-19 saat ini, bukanlah pengalaman yang dimiliki kebanyakan orang terpanggil. Tentu bukan prestise apalagi prestasi yang hendak ditekankan, sebab sangat naif jika berpandangan demikian.
Hal utama yang hendak digarisbawahi adalah penghargaan atas langkah heroik yang diambil sejumlah pihak, secara khusus Pimpinan SVD Ende dan Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero. Di tengah meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di Indoensia, para pemimpin tarekat berani mengambil langkah penting agar kami yang ditahbiskan tahun ini dapat membantu pelayanan sakramen.
Sadar akan keterbatasan manusiawi dan juga akan kasih dan kesetiaan Dia yang empunya rahmat panggilan ini, kiranya guratan harapan tentang perwujudan damai sejahtera Kerajaan Allah sebagai tujuan terdalam dari penerimaan rahmat tahbisan imam ini dapat kami wujudkan di dalam karya pelayanan sebagai imam biarawan misionaris Serikat Sabda Allah.
Pater Florianus Jehaut, SVD
Putera Bapak Alex Tamur dan Mama Maria Tita ini dilahirkan di Munta, 7 Agustus 1990. Ia disapa Pater Flory. Ia dari Paroki Kristus Raja Pagal.
Pater Flory menempuh pendidikan SD di SDI Heso (1997-2003), SMP di SMP Negeri 2 Cibal, Podor (2003-2006), SMA di Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo dan SMAK St. Ignatius Lolyola Labuan (2006-2010).
Ia menjalani masa novis di Novisiat Sang Sabda Kuwu-Ruteng-Manggarai (2010-2012). Lalu, studi Filsafat di STFK Ledalero-Maumere (2012-2016). Ia menjalani Tahun Orientasi Pastoral di Kantor Vivat Internasional Indonesia-Jakarta dan Paroki St. Yoseph Matraman-Jakarta (2016-Desember 2017).
Ia kembali ke Ledalero dan mengikrarkan Kaul Kekal pada 15 Agustus 2018. Setelah itu, ia jalani studi Magister Teologi di STFK Ledalero (2018-2020).
Ia ditahbiskan menjadi Diakon dan menjalani praktik diakonat di Paroki St. Ignasius Waibalun-Larantuka. Pada 3 Oktober 2020, ia ditahbiskan menjadi Imam dan mendapat tugas perutusan pertama ke Regio Central America (CAM).
Pater Flory memilih moto tahbisan imam, “Dia Tetap Setia, karena Dia Tidak Dapat Menyangkal Diri-Nya” (2 Tim. 2:13).
Editor: Fr. Edy Soge
Comentários