top of page

Tahbisan Diakon Bukan Merupakan Sebuah Prestasi Dan Prestise Melainkan Tentang Pelayanan


  • Amanat Mgr. Ewaldus M. Sedu, Pr Saat Menahbiskan ke-20 Diakon di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero



Pada hari ini, Minggu (26/7), ke-20 frater dari kongregasi SVD menerima rahmat tahbisan diakon di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero. Perayaan Ekaristi dimulai pada pukul 09:00 hingga pukul 11:10 Wita bertempat di aula St. Thomas Aquinas Ledalero. Misa tahbisan diakon dipimpin oleh uskup diosesan Maumere, Mgr. Ewaldus M. Sedu, Pr dan didampingi oleh Provinsial SVD Ende, P. Lukas Djua, SVD dan rektor Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, P. Frans Cheunfin, SVD.


Perayaan tahbisan ini dilaksanakan dalam situasi pandemik covid-19. Oleh karena itu, pihak Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero memutuskan bahwa perayaan ini tidak dibuka untuk publik. Sebaliknya, yang dapat menghadiri perayaan Ekaristi hanyalah anggota komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, yakni: para pastor, para frater, para suster, karyawan-karyawati, dan para tim medis yang bertugas. Perayaan tahbisan hari ini juga dilakukan dengan memperhatikan secara baik protokol kesehatan, yaitu uskup, imam konselebran, dan setiap orang yang hadir wajib mengenakan masker, mencuci tangan (menggunakan hand sanitizer), mengukur suhu, dan jaga jarak.


Tata perayaan Ekaristi berlangsung dengan sangat baik dan penuh khidmat. Para petugas liturgi menjalankan tugas dan tanggungjawab mereka dengan sangat baik. Para frater dari wisma St. Rafael Ledalero memeriahkan perayaan ini dengan lantunan suara (koor) yang sangat merdu. Meskipun perayaan tahbisan kali ini dibuat dengan dinamika yang sederhana, tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat mereka dalam bernyanyi.


Pada saat amanat, Mgr. Ewaldus M. Sedu, Pr menyampaikan beberapa hal penting kepada 20 orang diakon. Dikatakannya bahwa: “Tahbisan diakon bukanlah sekedar ritus seremoni liturgis semata ketika rahmat tahbisan membawa kita sekalian pada kesempatan perubahan komitmen pelayanan dan kesaksian hidup nyata setiap hari. Tahbisan diakon bukan merupakan sebuah prestasi apalagi prestise seperti yang dialami oleh Salomo yang memiliki masa lalu yang serba mewah dan hidup dalam kemapanan serta Paulus yang memiliki masa lalu yang hebat dan hidup dalam kegembiraan duniawi. Sebaliknya, menjadi diakon berarti menyadarkan kita akan makna dan karakter manusiawi kita untuk berani memulai sebuah karya pelayanan dengan penuh cinta meski mengorbankan segala kemapanan dan kenyamanan duniawi kita”.


Untuk mencapai hal itu, bapa uskup menekankan tiga hal pokok, yaitu: belajar mengosongkan diri, belajar mendengarkan bisikan Allah, dan bertolaklah ke tempat yang dalam. “kita perlu belajar mengosongkan diri dari segala kemewahan dan kehebatan dunia dengan segala kenikmatannya. Kita perlu menjadi Gereja yang sederhana, tulus, dan berani memohon maaf untuk keangkuhan hidup kita yang kerapkali menjadikan prestasi dan nama besar sebagai target. Gelar, jabatan, dan status bisa menjadi jebakan iblis yang membuat kita jadi sombong. Belajarlah untuk mendengarkan bisikan Allah yang hadir dalam keheningan kontemplasi meski dalam situasi bising apa pun. Seorang putra SVD sejati hendaknya menjadi inspirasi keheningan Sabda Allah dalam setiap perjalanan tugas imamatmu kelak. Karena itu, jangan pernah menyusahkan kongregasi dengan tabiat-tabiat pribadi yang melenceng. Bertolaklah ke tempat yang dalam yakni menjadi rasul di tengah pergolakan zaman yang kian maju. Pada saatnya akan anda tampil dan maju ke depan altar suci dan membawa altar suci lebih dekat ke dalam komunitas dan pastoral pelayananmu. Ingat, tidak boleh membangun sekat-sekat kompetisi dan persaingan yang tidak sehat” demikian amanat tegas dari uskup kelahiran Bajawa, 30 Juli 1959 itu.


Provinsial SVD Ende, P. Lukas Djua, SVD menyampaikan ucapan terima kasih kepada uskup Maumere yang bersedia menahbiskan para diakon. Pada saat yang sama, ia juga mengucapkan proficiat kepada ke-20 diakon baru. “Saya mengucapkan terima kasih kepada bapa uskup Ewal yang rela menahbiskan para diakon di tengah bahaya covid-19. Proficiat kepada para diakon”. Ia menambahkan, “diakonat bukan hanya sekedar satu tahap menjelang tahbisan imam, sebab kata diakonia itu sendiri mengingatkan kita semua bahwa klerus itu bukan soal jabatan melainkan tentang pelayanan. Oleh karena itu, meski di tengah wabah covid 19, praktik diakon tetap dijalankan”.


Pada kesempatan yang berbeda, dua orang diakon baru, yakni diakon Iwan Agung, SVD dan diakon Dede Beo, SVD menyampaikan ungkapan hati mereka usai menerima rahmat tahbisan hari ini. Diakon Iwan menyampaikan bahwa sebagian besar perasaannya hari ini diliputi rasa bahagia karena perjuangan selama bertahun-tahun selama ini sudah tiba dan tercapai pada hari ini meskipun momen hari ini merupakan tahap awal dari seluruh perjuangannya ke depan. Di samping itu, ia juga merasa sedih karena momen berahmat ini terjadi justru pada saat dunia sedang mengalami bada covid 19. Situasi ini membuat perayaan tahbisan dilakukan secara tertutup dan tidak bisa dihadiri oleh orang tua, keluarga, dan sahabat kenalan.


Sementara itu, diakon Dede mengakui bahwa meskipun perayaan tahbisan hari ini dibuat secara berbeda dari tata perayaan tahbisan diakon pada tahun-tahun sebelumnya, ia tetap merasa gugup. Akan tetapi, ia tetap bersyukur atas berkat tahbisan yang diterimanya walau perayaan itu dilakukan di tengah situasi yang kurang kondusif karena covid 19. Diakon yang nantinya akan menjalankan praktik di paroki St. Thomas Morus, Maumere ini meyakini bahwa rahmat yang diterimanya hari ini bukan semata-mata berkat bagi dirinya sendiri tetapi bagi semua orang, terkhusus berkat bagi mereka yang menjadi korban covid 19 dan mereka yang berjuang menghadapi situasi yang sulit seperti ini”.


Adapun ke-20 diakon baru yang ditahbiskan di Seminari Tinggi St. Paulus hari ini, yakni: Diakon Agung Iwantinus, SVD, diakon Baku Salu Yanuarius Silwanus, SVD, diakon Bani Florianus Efrem, SVD, diakon Bani Kunses Mikhael, SVD, diakon Bau Mali Simplisius, SVD, diakon Beo Lukas Elminaldo, SVD, diakon Un Berek Yohanes, SVD, diakon Bisu Markus Antonius, SVD, diakon Bria Seran Yasintus Vitalis, SVD, diakon Buku Boruk Metodius, SVD, diakon Daton Seran Zakarias, SVD, diakon Demo Bakang Kamilus, SVD, diakon Jehaut Florianus, SVD, diakon Keon Yuditius Uranius, SVD, diakon Mere Veto Yanuarti Servinus, SVD, diakon Moan Jawa Wempianus, SVD, diakon Narek Untung Marselinus, SVD, diakon Purnomo Sole Modestus, SVD, diakon Tafuli Yanuarius Jemi, SVD, dan diakon Tage Arnoldus Alewandro, SVD.


Kedua puluh diakon di atas akan menjalankan praktik diakonat mereka di tiga wilayah keuskupan di Flores, yakni: 8 orang diakon di wilayah keuskupan agung Ende, 5 orang diakon di wilayah keuskupan Maumere, dan 7 orang diakon di wilayah keuskupan Larantuka.




95 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page