top of page

Kelompok Teater Aletheia Ledalero Adakan Diskusi Sastra: Kebijaksanaan Hidup dalam Seni Berpantun

__________________

Foto: diskusi Sastra Kelompok Teather Aletheia


Kelompok Teater Alethea Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero yang diketuai Frater Yongki Udjan, SVD mengadakan diskusi sastra bertema: Kebijaksanaan Hidup Dalam Berpantun yang bertempat di halaman depan aula St. Thomas Aquinas Ledalero pada Kamis (21/10) Pkl. 19.30 WITA.


Kegiatan diskusi ini dibawakan oleh Pater Leo Kleden, sebagai pembicara utama dan dipandu oleh Frater Yudi Jehali, sebagai moderator serta Frater Ertus Pangu, sebagai Master of Ceremony. Sebelum mulainya kegiatan diskusi, semua peserta yang hadir dihibur dengan musikalisasi puisi Sajak Kecil Tentang Cinta karya Sapardi Djoko Damono dan lagu-lagu yang bernuansa daerah yang dibawakan oleh anggota kelompok Aletheia.


Pater Felix Baghi, selaku moderator kelompok Aletheia dalam sambutan pembukaan kegiatan menyebut bahwa kegiatan diskusi ini sangat penting untuk semua frater juga semua mahasiswa STFK Ledalero di bukit ini yang mahir dalam menulis sastra seperti puisi, cerpen, naskah teater, drama dan menyelaminya dalam kehidupan sehari-hari sesuai pengalaman mereka dalam belajar filsafat dan teologi. “Ada banyak frater dan mahasiswa STFK Ledalero yang suka menulis sastra yang membuat mereka menemukan jati diri mereka sendiri dan sanggup menangkap pesan-pesan di ruang kelas serta menerjemahkannya lewat tulisan sastra sebagai bentuk pengungkapan kebijaksanaan hidup,” tandas Pater Felix.


Pater Leo dalam pemaparannya menegaskan bahwa pantun merupakan karya sastra lama yang kaya akan makna, meski ditulis dalam beberapa baris saja namun jika didalami secara baik oleh pembacanya, mereka akan menemukan makna yang amat mendalam sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan lewat pantun. “Pantun tergolong dalam karya sastra lama yang kaya akan makna meski ditulis dalam beberapa baris namun memiliki pesan-pesan yang luar biasa jika kita mendalaminya secara utuh, di sana kita akan menemukan makna dan pesan yang sesuai dengan pengalaman hidup harian kita,” jelas Pater Leo.


Foto: bersama Pemateri, anggota dan Kru kelompok Teater Aletheia Ledalero


Pantun merupakan warisan budaya asli Nusantara yang harus dijaga, lanjut Pater Leo, karena menurut penelitian para ahli, pantun merupakan jenis puisi asli Nusantara di mana orang bisa berkomunikasi dalam aneka peristiwa hidup bermasyarakat melalui pantun.


Banyak sekali nilai sosial, budaya, moral dan keagamaan yang diungkapkan dan diwariskan melalui seni pantun. Karena itulah tidak kebetulan bahwa pada tanggal 17 Desember 2020, UNESCO menetapkan pantun sebagai warisan budaya takbenda yang bertempat di kantor pusat Paris. “UNESCO mengakui bahwa pantun merupakan salah satu warisan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan karena sastra lisan pantun merupakan milik masyarakat umum tanpa pernah dicatat nama pencipta pantun-pantun tersebut,” tegas Pater Leo.


Foto: anggota Akustik Seksi Musik Instrumen Ledalero saat turut mengisi acara dalam diskusi Sastra Aletheia


Di akhir diskusi, Pater Felix selaku moderator Kelompok Aletheia Ledalero mengucapkan terima kasih kepada Pater Leo sebagai pemateri yang menjelaskan pentingnya bersastra lewat pantun, semua pengurus Kelompok Aletheia yang menyukseskan kegiatan diskusi dan tamu undangan dari Komunitas Teater Tanya Ritapiret yang hadir serta mahasiswa STFK Ledalero yang hadir dalam mengikuti kegiatan diskusi ini.


Penulis: Fr. Sonny Kelen, SVD

56 views0 comments
bottom of page