top of page

lbadat Tobat dan Pengakuan Pribadi

________________

Foto: Ibdat tobat yang dipimpin oleh P. Nar Hayon, SVD.


Segenap anggota komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero mengikuti Ibadat

Tobat persiapan Natal pada Sabtu (18/12) Pkl. 16.30. Ibadat Tobat yang diadakan di

Kapela Agung Ledalero ini dipimpin oleh P. Bernardus Subang Hayon, SVD.


Dalam renungannya yang berjudul "Rumah Itu Sakramen", Pater Nar menegaskan

pentingnya setiap orang untuk pulang ke rumah. Rumah yang dimaksudkan, tidak

sekadar tempat berlindung. Lebih dari itu, rumah memiliki daya tarik tersendiri. "Ada

bapak, mama, saudara/i, ada pula tetangga, ada perjumpaan antarpribadi, ada

komunikasi interpersonal, ada prokreasi, ada kreasi dan rekreasi. Semua ini membuat

orang membuka diri satu sama lain," tandas Pater Nar.


Beliau juga menandaskan bahwa rumah adalah sakramen: "Tanda yang menyembuhkan dan menghidupkan."

Dosen Filsafat STFK Ledalero ini juga mengajak anggota komunitas Ledalero untuk

menimba inspirasi dari ajakan Yesus kepada Zakheus untuk bertemu dengan-Nya di

rumah Zakheus dalam Luk. 19:1-10 yang dibacakan saat bacaan Injil. Ada tiga momen

yang bisa dilihat: rumah persaudaraan dan keakraban, rumah pertobatan, dan rumah

keselamatan.


"Suasana pertemuan di rumah dalam arti pertama dapat dilihat ketika

pertemuan tersebut terjadi dalam nuansa kekeluargaan dan keakraban: Yesus

memperlakukan Zakheus bukan sebagai tukang pajak, tetapi sebagai anak.

Sebagaimana seorang anak, tempat paling nyaman untuk bertemu dalam nuansa

tersebut adalah di rumah. Suasana pertemuan di rumah dalam arti pertama ini berujung pada makna rumah yang kedua: pertobatan. Pertemuan tersebut mengubah cara pandang dan perilaku hidup Zakheus: ia terbuka, jujur, dan mengakui kesalahan

terhadap Tuhan. Sementara rumah dalam arti yang ketiga merujuk pada keselamatan:

Zakheus diterima sebagai anak Allah. Pertemuan yang akrab dari hati ke hati antara

Yesus dan Zakheus mendapat makna baru, yakni kebebasan dan keselamatan bagi

Zakheus dan ini mau menegaskan bahwa rumah itu sakramen."


Foto: Ibdat tobat yang dipimpin oleh P. Nar Hayon, SVD.


Selain itu, dalam renungannya, Pater Nar memberikan pertanyaan reflektif bagi segenap anggota komunitas Ledalero. "Apakah di dalam rumah yang kita diami (Ledalero) ada nuansa persaudaraan yang akrab? Ataukah hanya sekadar rumah singgah? Adakah rumah kita adalah tempat pertemuan antara bapak, mama, dan anak-anak? Jangan-jangan, lanjut Pater Nar, di rumah ini sering terjadi percekcokan, ketidaksukaan terselubung karena ada kecenderungan primordialisme, sukuisme, dan nyamnisme (kecenderungan untuk nyaman dengan orang tertentu karena kesamaan kepentingan).


Di akhir renungannya, Prefek Unit Rafael ini mengajak segenap anggota komunitas

Ledalero untuk mengambil inspirasi dari pertemuan Yesus dan Zakheus dengan

menciptakan tiga model rumah. "Rumah keakraban yang bersaudara, rumah ertobatan yang jujur, dan rumah keselamatan sebagai anak Allah. Rumah demikianlah yang

menghidupkan, sakramen yang menyelamatkan. Menciptakan tiga model rumah ini adalah cara kita beradventus. Sebab rumah itu sakramen (tanda yang menghidupkan), bukan sakratmaut (tanda kegelisahan akhir hidup)," tutup Pater Nar.


Ibadat Tobat ini dilanjutkan dengan Pengakuan Pribadi sesuai pembagian dari Ketua Seksi Liturgi, Fr. Adam Huller, SVD.* (Fr. Kris Ibu, SVD)


105 views0 comments

Comments


bottom of page