top of page

Mengenang Pater Alfons Gabriel Betan, SVD



Seminariledalero.org. - Sejak kembali dari Philipina pada pertengahan tahun 2010 setelah menyelesaikan studi doktorat pada Universitas St. Tomas, Manila, P. Alfons Betan mulai mengalami gangguan kesehatannya. Sesudah dilakukan pemeriksaan yang teliti diketahui ia mengalami gangguan pada kelenjar tyroid. Penyakitnya ini membuatnya harus secara tetap setiap tahun menjalani pemeriksaan dan perawatan di RS St. Vinsensius Surabaya dan di RS Hasan Sadikin Bandung.


Namun pemeriksaan dan perawatan secara tetap tersebut terhenti setelah wabah corona sejak Maret 2020. Akibatnya kondisi kesehatan Pater Alfons semakin menurun, dan akhirnya pada hari Jumat malam 20 November 2020, sekitar jam 10.10, disaksikan oleh Bapanya dan Saudarinya serta beberapa anggota keluarga terdekat, P. Alfons menghembuskan nafasnya yang terakhir di Biara Simeon Ledalero.


P. Alfons Gabriel Betan adalah anak dari pasangan Bapa Yohanes Leki Betan dan Mama Maria Theresia Riberu. Ia dilahirkan di Waiwerang, Adonara, pada 24 Maret 1958. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1970, ia masuk Seminari Menengah San Dominggo Hokeng.


Karena ingin menjadi imam biarawan dan misionaris, pada akhir pendidikannya di Seminari Menengah San Dominggo Hokeng, P. Alfons melamar dan diterima sebagai calon SVD. Pada 8 Januari 1977, ia mulai menjalani masa Novisiat di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero. Dua tahun kemudian, pada 8 Januari 1979, ia mengikrarkan kaul-kaulnya untuk pertama kali sebagai anggota SVD.


Studi Filsafat pada STFK Ledalero yang sudah dimulai pada tahun kedua masa Novisiat, ia selesaikan pada tahun 1981. Ia lalu ditetapkan untuk menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Paroki Atambua, Timor. Pada permulaan tahun 1983, ia kembali ke Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero untuk studi Teologi pada STFK Ledalero.


Memasuki tahap-tahap akhir pendidikan dan pembentukannya sebagai calon imam biarawan dan misionaris SVD, P. Alfons mengajukan permohonan untuk berkaul kekal dan ditahbiskan menjadi diaken dan imam. Lewat surat 16 April 1984, Pater Jenderal SVD mengabulkan permohonannya. Maka pada 1 Agustus 1984, P. Alfons mengikrarkan kaul kaulnya untuk kekal dalam Serikat Sabda Allah.


Kemudian pada 28 Oktober 1984, ia ditahbiskan sebagai diaken di Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret. Akhirnya pada 8 Juni 1985, ia pun ditahbiskan menjadi imam di Larantuka. Sebelumnya, pada 15 November 1984, P. Superior Jenderal memberikan penempatan pertama bagi P. Alfons untuk bekerja di Provinsi SVD Jawa pada salah satu paroki selama satu tahun, dan sesudahnya belajar Eksegese di Roma.


Sesuai ketetapan dari P. General, sesudah ditahbiskan menjadi imam P. Alfons berangkat ke tempat tugasnya di Provinsi SVD Jawa. Selanjutnya, atas anjuran dari Pater Provinsial SVD Jawa, Bpk. Uskup Agung Jakarta menempatkan P. Alfons untuk bekerja di Paroki Pademangan, Jakarta.


Pada akhir tahun 1986, P. Alfons dipindahkan ke Provinsi SVD Ende, dan ditugaskan untuk belajar Eksegese di Universitas Gregoriana di Roma. Untuk itu, pada permulaan tahun 1987, P. Alfons pun berangkat ke Roma untuk belajar bahasa Italia sebagai persiapan untuk studinya. Ketika tiba di Roma, P. Peter McHugh, Sekretaris Studi Jenderalat, menganjurkan agar sebaiknya ia belajar Teologi Biblis untuk kemudian bisa memulai Kerasulan Kitab Suci di Provinsi SVD Ende.


Ia juga dijanjikan untuk boleh ke Vigan, di Provinsi SVD Philipina Utara setelah selesai studinya untuk meninjau dan belajar pada John Paul I Bible Center bersama P. Wim Wijtten yang sudah berpengalaman dalam bidang Kerasulan Kitab Suci. Dengan senang P. Alfons menerima anjuran ini, dan ia pun belajar Teologi Biblis di Universitas Gregorian.


Pada 24 Oktober 1989, ia menyampaikan kepada P. Provinsial SVD bahwa studinya akan selesai dalam bulan Juni 1990, dan meminta agar dalam bulan Juli 1990 ia boleh mengunjungi Yerusalem untuk melihat tempat-tempat penting yang berhubungan dengan Kitab Suci, lalu dari Agustus sampai dengan Desember 1990 mengikuti kursus Dei Verbum di Nemi.


Ternyata yang terjadi tidak sesuai dengan bayangannya, karena moderatornya sangat sibuk sampai akhir tahun 1990, dan karena itu belum bisa memeriksa bab terakhir tesisnya. Pater General lewat surat 10 Juli 1990 akhirnya harus memperpanjang masa studi P. Alfons sampai Februari 1991.


Pada 5 Desember 1990 Pater General sekali lagi harus memperpanjang masa studi P. Alfons sampai Juni 1991 karena pihak Universitas mewajibkan P. Alfons untuk belajar bahasa Ibrani selama satu semester. P. Alfons dengan tabah menerima perubahan-perubahan itu, dan akhirnya pada 20 Juni 1991 ia dapat menyelesaikan studinya di Universitas Gregoriana.


Pada 25 Juni 1991 P. Jenderal menyurati Provinsial Ende menanyakan kemungkinan P. Alfons membantu Tim SVD di Samoa dalam pembinaan kaum awam dan Kerasulan Kitab Suci sebelum kembali ke Provinsi SVD Ende.


P. Alfons sendiri juga menulis kepada Provinsial Ende menyampaikan keinginannya untuk bekerja di Samoa selama tiga tahun, dan menganjurkan agar rencana kunjungan ke Philipina sebaiknya dibatalkan. P. Provinsial Ende menjawab kedua surat tersebut dengan isi yang sama: P. Alfons dibutuhkan di Provinsi SVD Ende untuk mulai merintis Pembentukan Pusat Kerasulan Kitab Suci sesuai resolusi Kapitel Provinsi Ende ke-13, 1988.


P. Alfons pun kembali ke Provinsi SVD Ende pada permulaan September 1991. Pada 3 Januari 1992, ia ditunjuk untuk menjadi Koordinator Kerasulan Kitab Suci Provinsi SVD Ende. Sebagai langkah awal tugas tersebut, dari bulan Januari s/d Juni 1992 ia dapat menjajagi Pembentukan Pusat Kerasulan Kitab Suci, dan dari Juli s/d Oktober 1992 menyusun laporan hasil penjajagan tersebut dan mengirimkannya kepada Pimpinan Provinsi SVD Ende.


Mengikuti anjuran dari Pimpinan Provinsi SVD Ende, P. Alfons membuat jadwal kunjungan ke Komisi Kitab Suci dari setiap Keuskupan di Provinsi Gerejani Nusa Tenggara dan di luar Nusa Tenggara.


Pada 25 September 1992 ia mengirimkan laporan atas hasil penjajagan Kerasulan Kitab Suci pada tujuh Keuskupan di Nusa Tenggara. Dengan judul PUSAT KERASULAN KITAB SUCI PROVINSI SVD ENDE: KEINGINAN YANG HENDAK DIWUJUDKAN, P. Alfons memberikan gambaran tentang Pusat Kerasulan Kitab Suci, tentang tujuan, status, staf, tugas, dan hubungan kerja dengan LBI dan dengan Delkit serta dengan Provinsi SVD lain terutama dengan Kerasulan Kitab Suci dari tiap provinsi.


Sebagai tindak lanjut atas resolusi Kapitel Provinsi SVD Ende XIII-1988 dan setelah mendapat laporan dari P. Alfons, Pimpinan Provinsi SVD Ende pun menetapkan untuk memulai Kerasulan Kitab Suci dengan nama PUSAT PELAYANAN KERASULAN KITAB SUCI (PPKKS) SANTO PAULUS yang berpusat di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, dan P. Alfons ditunjuk sebagai Koordinator Kerasulan Kitab Suci Provinsi SVD Ende dilengkapi dengan staf yang terdiri dari P. Lukas Jua, P. Simeon Bera Muda, P. Guido Tisera, dan P. Servulus Isak.

Selain pusat Pelayanan Pelayanan Kerasulan Kitab Suci St. Paulus, P. Alfons juga memberi kuliah Kitab Suci di STFK Ledalero. Ia juga diundang oleh Pimpinan Kongregasi Suster untuk membantu memberi kuliah Kitab Suci atau membimbing khalwat bagi para Suster.


Dalam tahun 1996, ia diundang untuk memberi kuliah Kitab Suci di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi St. Yohanes Pematangsiantar. Karena ketiadaan tenaga dosen Kitab Suci pada STFT St. Yohanes, Mgr. Martinus D. Situmorang, OFMCap, Ketua Dewan Pembina STFF St. Yohanes Pematangsiantar, melalui surat 19 Juni 1996 meminta Pimpinan Provinsi SVD untuk mengizinkan P. Alfons mengajar di STFT St. Yohanes Pematangsiantar selama dua tahun.


Mempertimbangkan tugas-tugas yang diemban oleh P. Alfons, P. Provinsial menjawab permintaan tersebut dengan anjuran agar P. Alfons boleh diundang setiap tahun dalam jangka waktu yang terbatas untuk mengajar di STFT St. Yohanes Pematangsiantar.


Sesudah 10 tahun terlibat dalam Kerasulan Kitab Suci dan mengajar Kitab Suci, P. Alfons berpikir untuk mengambil tahun sabat. Lewat surat 18 Nopember 2002 ia mengajukan permohonan untuk mengambl program doktor dengan mendalami Kitab Suci dari sudut pandang ilmu sosial. Semula ia memikirkan Inggris, tetapi kemudian ia memutuskan Philipina sebagai tempat studinya.


Setelah semua prosedur dilewati, dalam bulan Agustus 2004 P. Alfons pun berangkat ke Philipina untuk mengambil TOEFL sebagai persiapan studinya. Ia sebenarnya berencana mengambil program doktor pada Loyola School of Theology, tetapi setelah menunggu agak lama dan belum juga mendapat jawaban atas lamarannya, ia lalu menghubungi University of Santo Tomas, dan diterima untuk mengambil program doktornya pada universitas tersebut.


la baru memulai studinya dalam tahun 2005. Pada permulaan Maret 2008, selama asyik dengan studinya, P. Alfons mendapat kabar bahwa mamanya sakit. Setelah mendapat izinan dari Pimpinan, pada 4 Maret 2008 ia kembali ke Indonesia untuk mengunjungi mamanya. Syukur bahwa ia masih sempat menemani mamanya selama beberapa hari sebelum akhirnya mamanya meninggal pada 18 Maret 2008. Setelah pemakaman mamanya, ia masih tinggal di Ledalero untuk mengumpulkan beberapa bahan yang berhubungan dengan penulisan disertasinya, dan baru kembali ke Manila pada permulaan Mei 2008.


Karena masa studinya hampir berakhir, P. Alfons yang diingatkan untuk menyelesaikan studinya pada waktunya. Lewat suratnya 10 September 2009 ia menyatakan tekadnya untuk menyelesaikan studinya dalam tahun 2010, karena tahun 2009/2010 merupakan tahun terakhir residensinya di Universitas St. Tomas.


Berkat kerja kerasnya, akhirnya pada 11 Maret 2010 P. Alfons berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul: “Secking and Saving the Lost: A study of Luke 19: 1-10, and Its Challenge to the Mission of the SVD in Flores, Indonesia.”


Setelah merampungkan semua urusan dengan pihak Universitas St. Tomas, pada 22 Juni P. Alfons terbang ke Jakarta, dan seterusnya ke Waibalun untuk bisa merayakan peringatan 25 tahun imamatnya bersama anggota keluarga dan sahabat kenalannya.


Kembali ke Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, selain kembali sebagai dosen di STFK Ledalero dan aktif dalam kegiatan Kerasulan Kitab Suci, P. Alfons juga terlibat dalam Tim Prefektur sebagai salah satu Prefek pada Unit Frater. Ia juga terpilih sebagai salah satu Anggota Dewan Rumah Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero periode 2011-2014.


Seiring dengan berbagai kegiatan yang ia jalani, kondisi kesehatan P. Alfons mulai menurun, terlebih dahulu gangguan pada kelenjar tyroid. Meskipun harus secara tetap setiap tahun menjalani pemeriksaan dan perawatan di Jawa, P. Alfons menerima kenyataan ini dan terus melaksanakan tugasnya dengan tabah.


Akibat mewabahnya Covid-19, ia tidak bisa berangkat ke Jawa untuk check up kesehatannya. Keadaan ini membuat kondisi kesehatannya terus menurun. Pada hari-hari terakhir, P. Alfons masih dikunjungi oleh anggota keluarga terdekat, yaitu Bapa dan Saudari serta kemanakannya. Ketika Bapa dan Saudari mau berpamit untuk kembali ke Waibalun, P. Alfons minta agar Bapa dan Saudarinya jangan pulang, dan menunggu sampai hari pembebasan.


Hari pembebasannya terjadi pada Jumat malam, 20 November 2020 ketika sekitar pukul 10.10 malam ia terbebas dari penderitaan jasmaniah, dan kembali dengan tenang dan damai ke rumah Bapa di surga.


P. Alfons, selamat jalan, dan kiranya engkau tetap mendoakan kami yang masih dalam perjalanan menuju rumah Bapa.


Sumber tulisan dari dokumen SVD Ende.

199 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page