top of page

Urunpigang dan Waturia Jadi Tempat Frater Unit Rafael Berbagi Cerita dan Cinta


Beberapa frater Unit Rafael berpose bersama anak-anak SEKAMI Stasi Urunpigang.
Beberapa frater Unit Rafael berpose bersama anak-anak SEKAMI Stasi Urunpigang.

Sabtu sore (19/10) di dua stasi kecil, Urunpigang dan Waturia, terasa berbeda dari biasanya. Udara panas tepi pantai dan bukit gersang berpadu dengan semangat para frater Unit Rafael dari Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, yang datang untuk menjalani kegiatan live-in bersama umat.


Selama dua hari satu malam (19–20 Oktober), para frater meninggalkan rutinitas seminari untuk sejenak hidup bersama umat; menyapa, mendengar, dan berbagi cerita tentang panggilan hidup.


Baca juga:


Kegiatan live-in ini merupakan agenda tahunan dalam rangka Minggu Panggilan. Tujuannya untuk menumbuhkan kepekaan pastoral dan kesadaran bermisi di tengah umat. Bagi para frater, ini bukan sekadar program formasi, tetapi juga kesempatan nyata untuk mengalami denyut kehidupan umat, ladang pelayanan mereka kelak.


Beragam kegiatan mewarnai akhir pekan itu: mulai dari katekese dan sharing panggilan, animasi misi bersama anak-anak SEKAMI, hingga koor bersama umat dalam perayaan Ekaristi penutup. Semuanya berlangsung dalam suasana penuh sukacita.


Sempat muncul kekhawatiran di awal tentang partisipasi umat yang mungkin minim atau kondisi geografis yang menantang. Namun, keraguan itu segera sirna begitu para frater disambut dengan senyum hangat dan sapaan akrab umat.


“Senyum mereka itu menular,” ujar salah satu frater sambil tertawa. “Rasanya langsung seperti di rumah sendiri.”


Salah satu kisah menarik datang dari Fr. Fandy Wujon, SVD, yang mengaku terharu dengan keramahan umat setempat.


Baca juga:


“Kami saling berbagi cerita tentang banyak hal. Keluarga di sini menerima saya dengan baik dan apa adanya. Saya belajar bahwa cinta itu bisa dirasakan lewat hal-hal sederhana yang sering luput dari perhatian. Kayaknya harus tambah satu hari lagi le ni,” ujarnya sambil tersenyum.


Bagi para calon misionaris ini, kehadiran di tengah umat bukan hanya untuk membagikan kisah panggilan, tetapi juga untuk menumbuhkan harapan baru bahwa benih panggilan Tuhan bisa tumbuh di mana saja, bahkan di tanah yang jauh dari hiruk-pikuk kota.


Menjelang sore di hari Minggu, suasana haru terasa. Umat dan para frater saling berpelukan, bertukar ucapan terima kasih, dan berjanji untuk saling mendoakan. Dua hari terasa singkat, tetapi kesan yang tertinggal begitu mendalam.


Live-in ini bukan sekadar kegiatan,” ujar seorang frater sebelum berangkat kembali ke Ledalero. “Ini pengalaman yang mengingatkan kami bahwa panggilan itu selalu lahir dari perjumpaan dengan Tuhan dan dengan sesama.”


Dari Urunpigang dan Waturia, dua kampung kecil di pesisir Maumere, kisah sederhana itu pun bergema: kisah tentang persaudaraan, pelayanan, dan cinta yang tumbuh dalam keheningan misi.*


*Fr. Gege Darmawan, SVD

 
 
 

Comments


VISITOR 

Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero

average rating is 3 out of 5, based on 150 votes, Penilaian produk
bottom of page