“Vademecum”, Narasi Harapan Menanggapi Sabda Allah pada Usia 150 Tahun SVD
- seminaritinggileda
- 2 days ago
- 2 min read

Pada penghujung Malam Budaya Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero dalam rangka menyongsong 150 tahun Serikat Sabda Allah (SVD), kelompok Aletheia menampilkan sebuah teater berjudul Vademecum. Pementasan ini menyuarakan harapan dan refleksi atas cara anggota SVD menanggapi Sabda Allah di tengah tantangan zaman.
Baca juga:
Acara yang berlangsung Sabtu, 6 September 2025 itu menjadi penutup dari rangkaian pementasan dua malam berturut-turut. Ribuan penonton yang memadati halaman Auditorium St. Thomas Aquinas disuguhi beragam penampilan, mulai dari Ledalero Band, Aura Music Course (AMC) Nita, tarian kreasi Prodi SI, Bisu Band Prodi Filsafat, tarian Ndundundake dari etnis Manggarai, dramatic reading dari Prodi DKV, tarian kreasi Prodi PKK, hingga monolog dari Konvik Ritapiret. Semua tampil memikat, memanjakan mata, sekaligus menggugah jiwa.
Baca juga:
Namun, pementasan teater Vademecum yang hadir sebagai penutup menjadi titik puncak dan meninggalkan kesan mendalam. Dengan peran yang dimainkan penuh kesadaran emosional, resonansi kata-kata dalam naskah itu berhasil menjangkau relung hati para penonton.
Fr. Pian Jawang, SVD, salah seorang penonton sekaligus penggemar sastra, mengaku tersentuh. “Teater Vademecum adalah keistimewaan malam ini. Setiap peran yang ditampilkan menyadarkan saya sebagai calon imam SVD untuk semakin mencintai Sang Sabda,” ungkapnya.
Teater ini merefleksikan realitas kehidupan komunitas SVD dewasa ini, khususnya pada momentum 150 tahun karya misi. Vademecum, kata yang dipilih sebagai judul, sarat makna. Fr. Romi Sogen, SVD, ketua kelompok Aletheia, menjelaskan, “Vademecum adalah kata Latin yang berarti ‘berjalan bersamaku’. Namun dalam konteks teater, kami memberi arti yang lebih imperatif: ‘Ikutlah Aku’.”
Alasan pemilihan judul itu juga ditegaskan oleh Fr. Martin Wukak, SVD, salah satu sutradara. “Melalui kata Vademecum, kami ingin menegaskan bahwa perjalanan SVD selama 150 tahun adalah jawaban atas perintah Yesus untuk mengikuti Dia,” jelasnya.
Lebih jauh, frater yang akrab disapa Oleng itu berbagi kisah mengenai proses lahirnya naskah. “Naskah ini tidak lahir dari pergulatan pribadi di kamar yang sumpek, tetapi dari refleksi bersama para saudara SVD di tengah realitas Ledalero,” tuturnya.
Sebagai sutradara, ia menegaskan kembali pesan utama teater tersebut: agar para anggota SVD maupun mitra karya menjadikan Sabda Allah sebagai pedoman hidup. “Cahaya Sabda tak boleh padam, selama kita bagian dari SVD,” pungkasnya sebelum acara ditutup dengan sesi hiburan bebas.*
*Fr. Gonsi Kusman, SVD
Comments