Kisah Para Frater SVD Ledalero dalam Aksi Minggu Misi Sedunia 2025: Dari Pesisir hingga Pegunungan, dari Hujan hingga Doa
- seminaritinggileda
- Oct 22
- 4 min read

Bulan Oktober memiliki makna istimewa dalam kehidupan Gereja Katolik universal. Bulan ini dikenal sebagai Bulan Misi Sedunia, masa di mana seluruh umat diundang untuk memperbaharui kesadaran akan hakikat Gereja yang “diutus” (missio).
Dalam konteks ini, komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, sebagai lembaga formasi misionaris Serikat Sabda Allah (SVD), memaknai bulan misi bukan hanya sebagai agenda liturgis, melainkan juga sebagai perwujudan konkret dari semangat perutusan yang menjadi identitas misioner serikat.
Pada tahun 2025, dengan mengusung tema “Misionaris Pengharapan di Antara Segala Suku Bangsa”, kegiatan misi para frater Ledalero diselenggarakan serentak di berbagai wilayah Keuskupan Maumere, bertepatan dengan peringatan ke-99 Hari Minggu Misi Sedunia.
Melalui kegiatan live-in dan aksi panggilan, para frater dan bruder dari enam unit formasi; Unit Mikhael, Unit Gabriel, Unit Yosef Freinademetz, Unit Rafael, Wisma Arnoldus Janssen Nitapleat, serta Unit Efrata–Gere, diutus ke berbagai paroki dan stasi, dari kawasan pesisir hingga pegunungan, untuk berjumpa, hidup, dan belajar bersama umat Allah.
Kegiatan misi ini tidak semata-mata dimaksudkan sebagai pengalaman pastoral singkat, melainkan sebagai proses formasi integral yang mempertemukan dimensi teologis, spiritual, dan antropologis dari misi.
Dalam kerangka itu, setiap frater diharapkan mengalami realitas umat secara langsung, mendengarkan pergumulan hidup mereka, dan mengalami Sabda yang hadir dalam kesederhanaan kehidupan sehari-hari.
Di Paroki St. Petrus Kloangpopot, Unit Mikhael mengadakan live-in di enam stasi: Maget Legar, Siku Eha, Kloangpopot, Pelibaler, Watumerak, dan Bora. Selama tiga hari, para frater mengadakan katekese, doa rosario bersama, serta animasi panggilan di sekolah-sekolah. Tema katekese, “Membangun Rumah Tuhan, Membangun Iman,” selaras dengan rencana pembangunan gereja paroki yang akan dimulai pada bulan November mendatang.
Puncak kegiatan ditandai dengan perayaan Ekaristi Minggu Misi Sedunia yang dipimpin oleh Pastor Paroki RD. Enil Lobo, Pr. Dalam homilinya, beliau menegaskan bahwa misi adalah tanggung jawab seluruh umat Allah, bukan hanya tugas imam atau religius. “Misi adalah kerja sama iman; setiap orang beriman dipanggil untuk mengambil bagian dalam misi kasih Allah,” ujarnya.
Fr. Rio Tukan, SVD, yang turut serta dalam kegiatan tersebut, menuturkan bahwa perjumpaan dengan umat menjadi pengalaman rohani yang berkesan. “Walaupun waktunya singkat, perjumpaan ini akan selalu abadi dalam kenangan perjalanan panggilan saya,” ungkapnya.
Sementara itu, Unit Gabriel bermisi di Paroki St. Vinsensius a Paulo Feondari. Para frater tinggal di lingkungan-lingkungan umat, melaksanakan doa rosario dan katekese, serta mengadakan kegiatan bersama anak-anak SEKAMI. Suasana sederhana namun penuh semangat memperlihatkan bahwa misi tidak selalu menuntut karya besar, melainkan kesediaan untuk hadir dan berbagi dalam kasih persaudaraan.
Tidak jauh berbeda, Unit Yosef Freinademetz menjalankan misi di Paroki Mater Boni Consili Watublapi bersama Pater Willy Gaut, SVD, dan Pater Aldo, CJD. Para frater terlibat dalam kegiatan doa rosario, katekese umat, serta perayaan Ekaristi bersama. Dalam homilinya, Pater Willy menegaskan bahwa semangat misioner harus tumbuh dari hati yang mau melayani. Seusai misa, anak-anak SEKAMI mengadakan animasi bernyanyi bersama para frater, momen sederhana yang memupuk rasa syukur dan kegembiraan dalam iman.
Di wilayah pesisir Maumere, Unit Rafael melaksanakan live-in di dua stasi kecil, Urunpigang dan Waturia. Di tengah cuaca panas dan alam yang tandus, para frater menjalani dua hari penuh kegiatan pastoral: katekese, animasi bersama anak-anak, dan doa rosario di rumah umat.
Fr. Fandy Wujon, SVD, mengaku terharu akan penerimaan umat setempat. “Saya belajar bahwa cinta bisa hadir dalam kesederhanaan. Umat di sini menyambut kami dengan hangat, tanpa banyak kata,” ujarnya.
Sementara itu, 33 frater dan bruder dari Wisma Arnoldus Janssen Nitapleat bermisi di Paroki Sta. Maria Immakulata Lela. Meskipun harus menempuh perjalanan di bawah hujan deras dengan truk terbuka, semangat mereka tidak surut. Mereka dibagi ke tujuh lingkungan untuk tinggal bersama umat, mengikuti doa rosario, katekese, dan animasi misi.
Dalam refleksi bersama, Fr. Fian Sangguk, SVD, menyebut pengalaman ini sebagai wujud penghargaan terhadap karya para misionaris SVD terdahulu. Sedangkan Br. Ito, SVD, menegaskan bahwa pengalaman tersebut “menjadi cermin konkret kehidupan misioner yang akan dijalani di masa depan.”
Aksi misi juga dijalankan oleh Unit Efrata–Gere (St. Vinsensius a Paulo) di Stasi Bulabutu dan Kewagunung, Paroki Kewapante. Untuk mencapai wilayah ini, para frater menempuh perjalanan panjang dan menyeberangi sungai selebar 20 meter akibat jembatan penghubung yang telah rusak.
Baca juga:
Malam hari, umat bersama frater mengarak patung Bunda Maria dan berdoa rosario dengan khidmat. Pagi harinya, meski hujan deras membuat aliran sungai meluap, umat dan frater tetap menyeberang untuk mengikuti misa di kapela. “Inilah misi yang sesungguhnya,” ujar Fr. Valdi, SVD, sambil tersenyum setelah melewati derasnya arus sungai.
Rangkaian kegiatan misi tahun ini menegaskan kembali visi misioner SVD sebagaimana diwariskan oleh St. Arnoldus Janssen, bahwa “Sabda Allah harus mewartakan diri-Nya kepada segala bangsa.” Bagi para frater Ledalero, misi bukanlah sekadar kegiatan formasi, tetapi bagian dari proses peneguhan panggilan untuk menjadi saksi kasih Allah di mana pun mereka kelak diutus.
Dari pesisir hingga pegunungan, dari kampung kecil hingga paroki besar, para frater Ledalero menegaskan kembali bahwa misi adalah jantung dari hidup Gereja. Dalam perjumpaan mereka dengan umat, mereka menemukan Sabda yang berbicara dalam kesederhanaan: kasih yang membumi, iman yang bertahan, dan harapan yang tumbuh dari kebersamaan.*
*Fr. Febry Suryanto, SVD dan anggota Sie Berita masing-masing unit




Comments