top of page

Memilah Sampah: Cara Unit Gabriel untuk Mengambil Bagian dalam Karya Misi Allah

Para Frater Unit Gabriel Ledalero Sedang Memilah Sampah di Gudang Sampah Unit Gabriel, Sabtu (23/03/2024).

Ledalero – Pada Sabtu (23/03/2024), seluruh anggota Unit Gabriel mengadakan kegiatan memilah sampah di gudang sampah Unit Gabriel. Dipimpin oleh Fr. Martin Somi, SVD., Ketua Seksi Pengolahan Sampah Unit Gabriel, seluruh anggota Unit Gabriel memilah sampah yang sudah dikumpulkan sejak beberapa tahun lalu.



Menurut Fr. Martin Somi, SVD., kegiatan itu bertujuan untuk memilah sampah yang masih bisa digunakan dan yang tidak bisa digunakan lagi. Sampah yang masih bisa digunakan, lanjut Fr. Martin, akan dijual di Maumere.


“Kegiatan memilah sampah adalah salah satu bentuk respon atas hasil Kapitel Jenderal Serikat Sabda Allah/Societas Verbi Divini (SVD) ke 19 yang bertema: 'Hendaknya Terangmu Bercahaya di Depan Orang (Mat 5:16): Murid-murid yang Beriman dan Kreatif di Tengah Dunia yang Terluka'. Tema ini dipilih atas dasar kesadaran akan konteks dunia yang terluka saat ini. Salah satu bentuk keterlukaan dunia sekarang ialah kurangnya respon dan kesadaran umat manusia untuk menjaga kebersihan lingkungan dan keutuhan dunia ciptaan. Kita bisa menyaksikan atau melihat banyak sampah yang berserakan begitu saja di jalanan ataupun di pasar, sehingga menimbulkan lingkungan yang kotor, kumuh, bau, dan pasti menjadi sarang nyamuk yang bisa menyebabkan penyakit seperti Demam Berdarah (DBD),” tutur Fr. Martin.


Fr. Sanny Tukan, SVD., Subprefek Unit Gabriel Ledalero.

Menurut Fr. Sanny Tukan, SVD., Subprefek Unit Gabriel, pengalaman membersihkan, mengumpulkan, memilah, dan membuang sampah adalah hal menarik sekaligus momen berharga untuk mengoreksi dan merefleksikan keburukan diri dari realitas yang terjadi.


“Pada saat membersihkan dan mengumpulkan sampah, saya menjadi sadar bahwa masih ada banyak orang yang belum peka terhadap sampah. Padahal, sampah yang berserakan adalah akibat dari sikap dan tingkah laku yang buruk dari manusia, seperti boros, apatis, dan membuang sampah secara sembarangan. Fenomena seperti itu merupakan bentuk penyangkalan terhadap eksistensi manusia sebagai Citra Allah yang terikat dengan alam,” ungkap Fr. Sanny.



Selain itu, ketika sedang memilah sampah plastik seperti botol “aqua gelas” yang akan dijual, lanjut Fr. Sanny, bayangan tentang dunia yang terluka masuk ke dalam pikiran dan hatinya.


“Apabila sampah-sampah ini dibuang secara sembarangan dan tertanam di dalam tanah dengan waktu yang cukup lama, sampah-sampah ini dapat merusak struktur tanah yang telah tertata rapi. Oleh karena itu, saya mengapresiasi program ini karena program ini dapat menyadarkan banyak orang tentang rasa, logika, dan etika yang harus disatukan dengan konteks hidup sehari-hari, seperti konteks pelestarian dan perawatan lingkungan yang bebas dari sampah, sehingga manusia dan alam dapat hidup bersama dengan aman dan tenteram,” kata Fr. Sanny.


Pater Ande Sau, SVD., Prefek Unit Gabriel Ledalero.

Pater Ande Sau, SVD., Prefek Unit Gabriel, mendukung dan turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Menurut Pater Ande, kegiatan itu harus dilakukan setiap bulan, khususnya di tengah musim hujan dan musim DBD.


“Kita perlu memilah sampah yang masih bisa digunakan dan yang tidak bisa digunakan lagi. Sampah yang masih bisa digunakan akan dijual, supaya bisa didaur ulang oleh bank-bank sampah. Sementara itu, sampah yang tidak bisa digunakan lagi dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Maumere,” tutur Pater Ande., dosen mata kuliah Ritus-ritus Keagamaan di Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero.



Selain itu, Pater Ande menegaskan, para Frater Unit Gabriel harus mengambil bagian dalam karya misi Allah (missio Dei) dengan menghayati spiritualitas kemuridan, termasuk dalam situasi krisis dan keterlukaan akibat sampah-sampah yang menumpuk dan berserakan di dunia.


Kumpulan Sampah-sampah yang Sudah Dipilah oleh Para Frater Unit Gabriel Ledalero.

“Kita dipanggil untuk menjadi murid Yesus yang tinggal di dalam dan bersama Dia, belajar dari Dia, meniru cara hidup-Nya, serta mengintegrasikan nilai-nilai dan keyakinan fundamental-Nya. Proses tersebut dapat memampukan kita untuk berinovasi atau menjadi murid Yesus yang kreatif, sehingga kita dapat menjadi pembawa terang, pemberi harapan, dan penuntun arah di dalam dunia yang terluka. Lebih dari itu, semua hal baik tersebut merupakan upaya kita dalam menghayati identitas kita yang telah ditegaskan dalam Kapitel Jenderal XVIII, yaitu our name is our mission – nama kita adalah misi kita,” pungkas Pater Ande, dosen mata kuliah Etnologi di IFTK Ledalero.


Penulis: Vano Jemadin, SVD

Editor: Ricky Mantero, SVD

 

 

157 views0 comments
bottom of page