top of page

Mengkritisi Situasi Demokrasi Indonesia, Unit Gabriel dan KMK Ledalero Selenggarakan Diskusi Bertajuk “Populisme, Demokrasi Radikal, dan Proses Demokratisasi Indonesia”

Ledalero - Pada Jumat (15/10/2024), Unit Gabriel dan Kelompok Menulis di Koran dan Diskusi Filsafat (KMK) Ledalero menyelenggarakan diskusi ilmiah (sidang akademik) di kamar makan Unit Gabriel. Rektor Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero, Pater Dr. Otto Gusti Madung, SVD., menjadi pembicara atau narasumber dalam diskusi tersebut. Rektor IFTK Ledalero yang biasa dipanggil Pater Otto itu mempresentasikan materi berjudul “Populisme, Demokrasi Radikal, dan Proses Demokratisasi Indonesia”.


Suasana Diskusi Ilmiah di Kamar Makan Ledalero, Jumat (15/03/2024).

Diskusi ilmiah itu dihadiri oleh anggota Unit Gabriel, anggota KMK Ledalero, dan sejumlah tamu yang berminat dengan diskusi itu. Menurut Fr. Eyo Galus, SVD., Ketua Seksi Akademik Unit Gabriel, diskusi ilmiah itu sengaja diinisiasi untuk memupuk daya kritis para Frater Ledalero dalam melihat dan memahami situasi demokrasi Indonesia yang telah menjadi tema perbincangan di berbagai media saat ini.

Dalam paparannya, Pater Otto membuka cakrawala berpikir audiens dengan menampilkan beberapa pokok fakta yang menandai keberadaan populisme, sehingga menjadi ancaman bagi demokrasi Indonesia saat ini.



"Dalam persaingan politik beberapa tahun terakhir, ada beberapa calon yang kerap menggunakan praktik populisme untuk meraih kemenangan. Seperti di Amerika Serikat, Donald Trump bisa menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke – 45 karena menggunakan praktik populisme. Begitu pula dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pemilu 2014 dan 2019,” tutur Pater Otto.


Pater Dr. Otto Gusti Madung, SVD Sedang Mempresentasikan Materi Diskusi dengan Judul “Populisme, Demokrasi Radikal, dan Proses Demokratisasi Indonesia”, Jumat (15/03/2024).

Selain itu, penulis buku berjudul Post-sekularisme, Toleransi, dan Demokrasi itu mengatakan, praktik populisme sangat berbahaya karena dapat memanipulasi keberpihakan pada rakyat untuk memuluskan rencana dan kepentingan pribadi politisi, sehingga masyarakat hanya menjadi korban dari segala kepentingan kaum elite politik.


Dalam kesempatan diskusi, Fr. Sanny, SVD., anggota Unit Gabriel dan mahasiswa Program Studi (Prodi) Filsafat Semester IV IFTK Ledalero mengajukan sebuah pertanyaan kritis. Menurut Sanny, jika dilihat dari metode kesangsian Rene Descartes, demokrasi saat ini perlu diragukan. “Sebab, apa gunanya atau mengapa mesti ada demokrasi jika logika demokrasi senantiasa membuka ruang untuk berbuat salah yang kemudian diperbaiki, sehingga masalah tetap ada tanpa penyelesaian yang mutlak?" tanya Sanny.


Fr. Sanny, SVD., Anggota Unit Gabriel dan Mahasiswa Program Studi (Prodi) Filsafat Semester IV IFTK Ledalero Sedang Mengajukan Pertanyaan kepada Pater Dr. Otto Gusti Madung, SVD., Jumat (15/03/2024).

"Demokrasi bukanlah sistem yang terbaik atau sempurna. Namun, demokrasi itu minus malum dari sistem pemerintahan yang lain. Hanya demokrasi yang dapat memungkinkan masyarakat untuk bebas bersuara, berpendapat, memberikan kritik, aspirasi, berserikat, dan yang sejenisnya. Dalam demokrasi, kedaulatan rakyat dijunjung tinggi. Hal itu sangat kurang dalam sistem pemerintahan yang lain," jawab Pater Otto, penulis buku berjudul Politik Diferensiasi Versus Politik Martabat Manusia?.



Dalam kesempatan selanjutnya, Fr. Feliks Sugar, SVD., anggota Unit Gabriel dan mahasiswa Prodi Filsafat Semester II IFTK Ledalero mengangkat suatu fenomena yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat akar rumput saat ini. Menurut Fr. Feliks Sugar, SVD., permasalahan mendasar yang terjadi saat ini di tengah masyarakat akar rumput ialah kurangnya pengetahuan untuk memahami segala macam bentuk praktik penyimpangan yang dilakukan oleh elite politik, sehingga pilihan mereka pada pesta demokrasi didasarkan pada Bantuan Sosial (bansos), Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan yang sejenisnya.


Semua Peserta Diskusi Pose Bersama setelah Diskusi Ilmiah Selesai.

“Justru karena situasi seperti itu, kita menyelenggarakan diskusi pada malam ini untuk mencerahkan satu sama lain tentang situasi perpolitikan di negara kita, sehingga kita semua dapat memperoleh pengetahuan yang akan kita bagikan kepada semua orang, termasuk kepada masyarakat akar rumput, baik lewat dialog, tulisan-tulisan kita di media lokal, nasional, dan internasional, maupun dalam bentuk postingan kita di media sosial (medsos),” jelas Pater Otto, Dosen Filsafat Politik dan Hak Asasi Manusia IFTK Ledalero.



Antusiasme audiens untuk mengemukakan gagasan membuat diskusi ilmiah ini berlangsung dengan sengit, terutama ketika audiens mengemukakan pandangan dalam konsep dan perspektif yang berbeda-beda. Walaupun berbeda pandangan, audiens tetap berpegang teguh pada “aturan main” dalam dunia akademis, yaitu berdiskusi bukan untuk menemukan jawaban yang paling benar, melainkan suatu kesempatan untuk mengasah daya nalar kritis dalam melihat situasi yang terjadi di tengah realitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


Fr. Aven Hadut, SVD., Ketua KMK Ledalero, Memberikan Sertifikat Penghargaan kepada Pater Dr. Otto Gusti Madung, SVD.

Dalam sambutan penutup, Fr. Aven Hadut, SVD., Ketua KMK Ledalero, memberikan apresiasi yang besar atas persiapan Unit Gabriel dalam menyukseskan kegiatan tersebut. Fr. Aven juga menyampaikan terima kasih kepada Pater Dr. Otto Gusti Madung, SVD yang telah menyiapkan materi dan merangsang pikiran kritis para Frater Unit Gabriel dan KMK Ledalero tentang “Populisme, Demokrasi Radikal, dan Proses Demokratisasi Indonesia”.


Kegiatan diskusi ilmiah itu ditutup dengan foto bersama.


Penulis: Erwin Salfianus, SVD

Editor: Ricky Mantero, SVD

 

93 views0 comments
bottom of page