top of page

Masa Prapaskah: Masa Memangkas Dosa-dosa

Komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero Sedang Mengikuti Rekoleksi Prapaskah yang Dipimpin oleh Pater Laurens Woda, SVD.

Ledalero – Bertempat di Kapela Agung Ledalero, komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero mengadakan rekoleksi prapaskah pada Sabtu (24/02/2024). Rekoleksi prapaskah ini bertujuan untuk mengantar semua anggota komunitas Seminari Tinggi Ledalero ke dalam permenungan lahir dan batin selama masa prapaskah.



Diinspirasi oleh Injil Yohanes 15: 1 – 8 tentang “Pokok Anggur yang Benar”, Pater Laurensius Ansel W. Woda, SVD., pemimpin rekoleksi, mengatakan, masa prapaskah adalah masa untuk memangkas dosa-dosa.


Pater Laurens Woda, SVD Sedang Memimpin Rekoleksi Prapaskah di Kapela Agung Ledalero.

“Kita harus memangkas ranting-ranting dosa, supaya diri kita menjadi lebih bersih. Di samping itu, ranting-ranting dosa yang sudah dipangkas dapat membantu kita untuk berbuah lebih banyak dalam aneka hal positif,” kata Pater Laurens Woda, SVD.



Secara terperinci, Pater Laurens Woda, SVD mengatakan, ada 3 (tiga) pesan utama dari rekoleksi tersebut, antara lain  menyatu dengan pokok anggur, memangkas ranting yang kering dan layu, serta membiarkan diri “dipangkas” oleh Tuhan sendiri (Sang Pemilik kebun anggur).


Para Frater, Bruder, dan Pater Sedang Menyimak Renungan yang Disampaikan oleh Pater Laurens Woda, SVD.

Pertama, menyatu dengan pokok anggur. Menurut Pater Laurens Woda, SVD., Prefek Unit Helena, untuk menjadi orang pilihan Allah, seseorang harus bisa mengidentifikasikan dirinya dengan pokok anggur yang benar.



“Tuhan sebagai pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Oleh karena itu, kita harus ‘terikat’ dengan pokok anggur yang benar, supaya kita menghasilkan buah yang banyak. Sebab, sumber kehidupan kita sendiri ialah Yesus Kristus, pokok anggur yang benar,” ujar Pater Laurens Woda, SVD.



Kedua, memangkas ranting yang kering dan layu. Menurut Pater Laurens Woda, SVD., Kepala Museum Bikon Blewut Ledalero, keserakahan dan kurangnya kerendahan hati dari manusia melahirkan banyaknya “ranting-ranting” kehidupan yang kering dan layu.


“Keserakahan dan kurangnya kerendahan hati dari manusia mengkerdilkan rahmat Tuhan. Akibatnya, manusia begitu gampang untuk mencari sumber-sumber kehidupan lain, sehingga manusia ‘lupa jalan pulang’. Di samping itu, keserakahan dan kurangnya kerendahan hati dari manusia untuk mengakui kekeliruan dalam hidup menyebabkan manusia tinggal dalam ‘kubangan’ dosa,” tutur Pater Laurens Woda, SVD.



Ketiga, membiarkan diri “dipangkas” oleh Tuhan sendiri (Sang Pemilik kebun anggur). Menurut Pater Laurens Woda, SVD., manusia perlu membiarkan diri “dipangkas” oleh Tuhan sendiri (Sang Pemilik kebun anggur). Sebab, lanjut Pater Laurens Woda, SVD., kita membutuhkan Tuhan untuk membersihkan “ranting-ranting kehidupan” yang mati dan layu dalam hidup kita.



“Tuhan akan memangkas “ranting-ranting kehidupan” yang mati, layu, ataupun yang akan mati dalam diri kita. Sebagai calon biarawan-biarawati misionaris SVD – SSpS, kita perlu membiarkan diri dibarui oleh Tuhan. Sebab selama ini, kita selalu dijejali oleh ekspektasi-ekspektasi manusiawi, bukan yang dikehendaki oleh Tuhan. Maka, biarkanlah Tuhan memangkas semua beban hidup dalam diri kita (seperti ekspektasi-ekspektasi manusiawi kita), sehingga Tuhan sungguh-sungguh meraja dalam hidup kita,” pungkas Pater Laurens Woda, SVD., Dosen Antropologi di Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero.



Pater Laurens Woda, SVD mengakhiri rekoleksi tersebut dengan memberikan kesempatan kepada anggota komunitas Seminari Tinggi Ledalero untuk melakukan refleksi pribadi.


(Penulis: Ricky Mantero, SVD)

 

113 views0 comments
bottom of page