Ledalero - Pada Senin (01/04/2024), komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero merayakan Paskah II di Kapela Agung Ledalero. Perayaan itu dipimpin oleh Pater John Masneno, SVD dan didampingi oleh satu imam konselebran, yaitu Pater Bastian Limahekin, SVD. Perayaan itu dihadiri oleh para Frater, Bruder, Suster, dan beberapa umat dari luar komunitas.
Baca juga: https://www.seminariledalero.org/post/rayakan-paskah-di-ledalero-pastor-svd-lulusan-universitas-katolik-leuven-belgia-ungkapkan-pesan-e
“Peristiwa kebangkitan Yesus Kristus dari alam maut adalah kabar sukacita yang menyelamatkan. Kitab Suci menampilkan banyak bukti tentang peristiwa kebangkitan agar kita percaya. Namun, percaya saja tidak cukup. Kita dipanggil untuk menjadi saksi peristiwa kebangkitan. Kita dipanggil untuk menjadi pembawa damai di tengah dunia yang sarat akan pertikaian. Di dalam ketidakpastian, kita juga dipanggil untuk menjadi pemberi harapan. Kita dipanggil untuk menjadi saksi akan kehadiran Kristus yang selalu menyertai umat-Nya,” demikian komentar pembuka perayaan yang dibacakan oleh Fr. Yudi Jehali, SVD., Frater tingkat IV dari Unit Yoseph Freinademetz.
Kemudian, dalam kata pengantar perayaan, Pater John Masneno, SVD menegaskan, perayaan Paskah II masuk dalam rangkaian perayaan Paskah secara keseluruhan karena masih ada dalam nuansa kebangkitan Yesus Kristus dari alam maut. Maka, kata Pater John Masneno, SVD., umat Allah perlu meluangkan waktu untuk merenungkan satu dua pesan dari Sabda Tuhan dalam perayaan Paskah II.
Baca juga: https://www.seminariledalero.org/post/bukan-sekadar-membangkitkan-memori-paskah-adalah-momen-pembaruan-diri
Sementara itu, dalam khotbah, Pater John Masneno, SVD atau yang biasa dipanggil Pater John, mengatakan, renungan-renungan selama Pekan Suci, yaitu saat Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, dan Minggu Paskah, lebih bernuansa teologis, biblis, dan juga hal-hal yang berkaitan dengan iman kita. Oleh karena itu, lanjut Pater John, renungan hari ini lebih menekankan perwujudan semangat Paskah dalam mengilhami dan menyemangati kehidupan kita, khususnya kehidupan kita di Bukit Sandar Matahari (Ledalero) sebagai orang-orang yang dipanggil Tuhan untuk menjadi misionaris-Nya.
“Kita semua berada di bukit ini selama 24 jam. Masing-masing kita sudah mengetahui dengan baik secara pribadi maupun secara bersama perjalanan kita bersama Tuhan. Saat Minggu Palma, kita menerima Tuhan dengan penuh sukacita sambil meneriakkan ‘hosana’. Peristiwa semacam ini dapat kita temukan dalam perayaan sambut baru, permandian, pengikraran kaul, tahbisan diakon, tahbisan imam, dan lain-lain. Sebab, peristiwa-peristiwa itu membuat kita bereuforia sambil berteriak ‘hosana’,” ungkap Pater John.
Baca juga: https://www.seminariledalero.org/post/kamis-putih-momen-untuk-meneladani-pelayanan-dan-kasih-kristus-dalam-kehidupan-bersama
Dalam perayaan Kamis Putih, lanjut Pater John, kita duduk bersama untuk membuat perjamuan bersama. Namun, kata Pater John, kita memang melaksanakan perjamuan bersama Tuhan, tetapi hati, batin, dan pikiran kita berada di tempat lain. Menurut Pater John, hal itu tampak dalam semangat hidup yang tidak lagi menempatkan Tuhan sebagai sumber kekuatan, sumber harapan, dan menjadi penggerak bagi hidup kita, baik secara fisik maupun secara rohani.
“Dengan demikian, peristiwa perjamuan itu tidak lagi menjadi sumber kekuatan, tetapi hanya sebagai ritual,” ujar Pater John.
Lalu, tentang Jumat Agung, Pater John mengatakan, Jumat Agung merupakan perayaan yang melibatkan seluruh jiwa, raga, dan budi kita untuk melihat dengan jelas, menganalisis, serta membuat disermen untuk sikap kita, entah masih bersama Tuhan ataukah berada di kelompok yang membunuh Yesus.
Baca juga: https://www.seminariledalero.org/post/jumat-agung-momen-belajar-untuk-hidup-dengan-tenang-berani-dan-tabah
“Dari sikap, perilaku, dan tindakan kita selama ini, kita berada di posisi yang mana? Kita semua bisa merenungkan dan menjawab pertanyaan itu secara masing-masing sesuai dengan hati dan pikiran kita. Namun, hidup kita harus realistis. Bahwasanya, tidak ada yang sempurna dalam mengikuti Tuhan, tetapi dengan sikap realistis itu, kita menyadari dan mengakui kelemahan dan kerapuhan diri kita,” tutur Pater John.
The last but not least, pada Sabtu Suci dan Minggu Paskah, kita merenungkan dan mensyukuri cahaya kebangkitan Tuhan yang menerangi kita, sehingga cahaya kebangkitan itu menjadi suatu kegembiraan bagi hidup kita. Tentunya, lanjut Pater John, sukacita dan kebahagiaan itu dapat menjadi kekuatan baru bagi hidup kita untuk melanjutkan ziarah hidup kita saat ini dan di masa-masa yang akan datang.
Baca juga: https://www.seminariledalero.org/post/teater-berjudul-korban-terakhir-perpaduan-kisah-nyata-dengan-kisah-kitab-suci
“Namun, hal yang paling penting untuk kita renungkan saat ini ialah ‘bagaimana cara kita mewujudkan semua nilai-nilai teologis, biblis, dan iman itu dalam kehidupan nyata kita?’. Sebab, jika semua nilai itu tidak diwujudkan dalam kehidupan nyata, Pekan Suci ini hanya ritual belaka dan akan sia-sia. Oleh karena itu, saya mengajak kita sekalian untuk menjadi saksi kebangkitan Kristus dalam kehidupan nyata dengan menerapkan semua nilai-nilai yang diterima dari Pekan Suci ke dalam kehidupan berkeluarga, berkomunitas, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Misalnya, tidak melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), memperjuangkan keadilan bagi sesama yang diperlakukan secara tak adil, merawat dan melestarikan lingkungan hidup, serta membantu sesama yang berkekurangan dalam berbagai aspek kehidupan, baik ekonomi, pendidikan, budaya, sosial, agama, dan politik,” pungkas Pater John.
Sebelum berkat penutup, Pater John mengapresiasi Seksi Liturgi komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero yang telah bekerja keras selama Pekan Suci. Pater John juga mengapresiasi kor dari Unit Rafael dan petugas liturgi dari Unit Yoseph Freinademetz yang telah menyukseskan perayaan itu lewat lagu-lagu dan pelayanan di altar.
Penulis: Eduard Suryanto, SVD
Editor: Ricky Mantero, SVD
Comments